REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan destinasi wisata di Provinsi Kepulauan Riau bisa bersaing bahkan mengalahkan Maladewa jika didukung layanan pesawat amfibi berukuran kecil (seaplane) untuk menghubungkan antarpulau.
"Dari Batam ke Anambas jika memakai kapal cepat membutuhkan waktu kurang lebih enam jam, kalau memakai 'seaplane' bisa hanya memakan waktu sekitar satu jam," katanya dalam kunjungannya di Batam, Ahad (8/2).
Pernyataan tersebut diungkapkan Arief setelah mendengar cerita pemangku kepentingan di Kepulauan Riau yang belum lama ini berkunjung ke Maladewa, negara kepulauan yang berada di Samudra Hindia. "Hal ini bisa menjadi terobosan yang bagus buat Kepri," katanya.
"Pelabuhannya relatif masih bagus, hanya kurang merata," ujarnya.
Namun, Arief menyimpulkan bahwa wilayah Batam dan Bintan sudah sempurna sebagai destinasi wisata karena memenuhi semua kriteria 3A yaitu "attractiveness" (daya tarik), "ammenities" (fasilitas pendukung/akomodasi), dan "access" (akses).
Menpar juga meninjau perkembangan pembangunan bandara internasional di Pulau Bintan yang panjang lintasannya mencapai empat kilometer dan lebar sekitar 60 meter, sehingga bisa dipakai untuk mendarat pesawat berbadan besar.
Bandara internasional tersebut dijadwalkan akan rampung pada 2017. "Sangat potensial, kalau dibuka maka akan sempurna," katanya.
Selain itu, Menpar meninjau berbagai hotel dan resor mewah di Bintan sebagai fasilitas pendukung pariwisata di pulau tersebut. Arief memproyeksikan potensi wisata Kepulauan Riau akan lebih banyak dari daya tarik alamnya, sebesar 40 persen, dari pada wisata budaya yang 20 persen.
Sementara untuk faktor wisata "man-made", seperti wisata belanja, dan sports tourism, akan berkontribusi sebesar 40 persen bagi pariwisata Kepri.