Selasa 03 Feb 2015 13:51 WIB

Kematian Ibu dan Anak di Banten Masih Tinggi

Rep: C81/ Red: Indira Rezkisari
Bayi tidur  (ilustrasi)
Foto: Antara
Bayi tidur (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG - Dinas Kesehatan Provinsi Banten mengungkapkan bahwa angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Banten masih tinggi. Bahkan, Banten menempati posisi lima besar nasional sebagai daerah dengan AKI/AKB tertinggi.

Menurut Kasi Kesehatan Keluarga Dinkes Provinsi Banten Della Sarah, sepanjang tahun 2014 ini kasus AKI di Banten mencapai 230 kasus. Sedangkan untuk AKB, Dinkes Banten masih harus memvalidasi kebenaran datanya.

Jumlah kematian ibu tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2013 yang hanya mencapai 216 kasus kematian. Paling banyak, kematian tersebut karena perdarahan saat melahirkan. “Sekitar 37 persen ibu meninggal karena pendarahan, 22 persennya karena infeksi, dan 14 persen karena hipertensi, sisanya karena hal lain, seperti kurang sigapnya keluarga terhadap ibu yang hendak melahirkan,” kata Della, Selasa (3/2).

Untuk menurunkan AKI dan AKB, Dinas Kesehatan mengaku harus bekerja sama dengan organisasi-organisasi lainnya. Menurut Kepala Dinkes Provinsi Banten Sigit Wardjojo, pihaknya telah membuat MAF (MDGs Acseleration framework) atau kerangka kerja untuk mengoptimalkan MDGs.

“Kita tidak bisa berjalan sendiri, kita sudah buatkan kerangka kerjanya. Masing-masing sektor yang terlibat siapa saja kita petakan," kata Sigit di Ruangannya, Selasa (3/2).

Dengan program MAF tersebut, Dinkes mengatakan akan terbagi pola kerja masing-masing dinas akan seperti apa. Sigit mencontoh kan peran Dinkes seperti apa, organisasi profesi akan bertindak apa, peran BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) seperti apa. Sehingga keterpaduan antar sektor dalam mengurangi AKI AKB dapat berjalan.

Bahkan, guna mengurangi AKI AKB tersebut, Dinkes Provinsi Banten berencana untuk membuat rumah tunggu kelahiran di tahun 2016 mendatang. “Karena kalau kita sendiri, dengan kondisi geografis seperti ini, pelayanan kesehatan semaksimal bagaimana pun, kalau lokasi penduduk nya tersebar jauh susah," jelasnya.

Tak hanya membangun rumah tunggu, Dinkes pun memberdayakan dukun beranak untuk mendampingi bidan dalam membantu proses persalinan, sehingga keselamatan ibu melahirkan lebih terjamin. "Kita sudah tidak lagi mencari ibu hamil, tapi bagaimana menjelaskan ke ibu hamil terkait penanganan dan kesehatannya," tegasnya.

Dengan cara seperti itu, Sigit mengharapkan mampu mengurangi sebanyak mungkin angka kematian ibu dan bayi akibat kegagalan dan kesalahan saat melahirkan. “Kita terus berusaha agar kejadian ini semakin sedikit,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement