Selasa 03 Feb 2015 12:01 WIB

Perubahan Pola Belanja Akibatkan Mal Diprediksi Akan Mati

Sampah berserakan di sebuah mall yang tidak digunakan lagi di Chesterfield, Virginia.
Foto: ABC News
Sampah berserakan di sebuah mall yang tidak digunakan lagi di Chesterfield, Virginia.

REPUBLIKA.CO.ID, Hampir di tiap kota di tiap negara marak pembangunan mal. Tetapi, di Amerika Serikat diperkirakan sekitar separuh mal yang ada sekarang ini akan tutup tahun 2030 karena tidak cukup pengunjung yang datang.

Berubahnya pola belanja (karena internet) dan juga kebiasaan mengendarai kendaraan, menurut laporan wartawan ABC di Amerika Serikat Lisa Millar,  membuat para pengelola mal di sana mengalami kesulitan.

Dulu mal dibangun di banyak tempat karena pola urbanisasi. Saat itu banyak warga Amerika pindah ke pinggiran kota.

Salah satunya adalah Amy Ginsberg yang masa kehidupan remajanya banyak dihabiskan di Mall White Flint di Maryland. "Di situ ada lift dengan kaca besar dan toko-toko menarik." katanya.

"Ketika kami masih di sekolah menengah di tahun 1970-an dan 1980-an, tidak banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi kecuali mal."

"Di mal banyak toko, gedung bioskop. Kami sering ke sana untuk sekedar cuci mata dan yang lainnya." kata Ginsberg.

Namun White Flint ditutup bulan ini. Dan seperti banyak mal lainnya di Amerika, White Flint sudah 'mati' selama beberapa waktu terakhir. Mal yang 'mati' bila tingkat hunian di bawah 70 persen.

Mark Hinshaw, seorang arsitek dan pengarang buku mengatakan dia sudah lama mengamati semakin banyaknya mal yang mati.

"Perkembangannya memang pesat selama 60 tahun terakhir, dan saya kira banyak orang menduga bahwa ini akan berlangsung terus menerus."

"Namun kenyataannya hidup dan gaya hidup berubah. Sekarang banyak orang kembali tinggal di kota, dan banyak orang tidak mau lagi tinggal di pinggiran di mana mereka harus mengendarai kendaraan ke kota untuk belanja ataupun bekerja." kata Hinshaw.

Di masa puncak pembangunan mal, sekitar 140 mal dibangun setiap tahunnya di Amerika Serikat. Direktur Eksekutif Dewan Pusat Perbelanjaan Australia Angus Nardi mengatakan situasi di Australia masih berbeda dengan Amerika Serikat. Namun dia mengakui adanya berbagai masalah yang dihadapi pusat perbelanjaan di Australia.

"Memang tidak ada yang bisa mengatakan bahwa mal tidak akan mati, dan risikonya selalu ada. Di Australia masalahnya sekarang ini adalah kajian yang sedang dilakukan pemerintah yang bisa mengakibatkan pelonggaran aturan di mana siapa saja bisa membangun mal." kata Nardi.

Dia mengatakan di Amerika Serikat, sudah lama terjadi kondisi pasar lebih besar dari permintaan dan di seluruh Amerika, banyak mal yang sama sekali tidak digunakan lagi, menjadi gedung yang terbengkalai. Yang lain berusaha berbenah dengan menambah perpustakaan, ataupun apartemen dan bahkan kantor pemerintahan, sebelum semua terlambat.

sumber : http://australiaplus.com/indonesian/2015-02-03/separuh-mall-di-amerika-serikat-akan-tutup-tahun-2030/1411837
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement