REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wisata syariah Indonesia dinilai masih kurang maju ketimbang beberapa negara yang sudah mulai menggeliat. Baik itu beberapa negara di Asia maupun seperti Amerika, Eropa dan Australia.
Kepala Ekonomi Kreatif Bidang Media, Desain, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Harry Waluyo berpendapat, wisata syariah merupakan pilihan. Adapun bila di Indonesia masih tampak lesu menurut dia, dikarenakan beberapa faktor.
"Seperti non Muslim bisa dilihat. Dan Indonesia ini kalau saya lihat sangat majemuk, multi etnik dari segi agama maupun pemerintahan," ujar Harry di Gedung Sapta Pesona, belum lama ini.
Dikatakan lebih lanjut, namun tidak dipungkiri jika wisata syariah di beberapa bagian negara lain tengah menunjukkan pertumbuhan pesat. Kendati negara tersebut juga berpenduduk mayoritas non Muslim.
Tetapi kembali dijelaskannya, wisata syariah merupakan pilihan dan juga lebih mengarah pada keuntungan bisnis. Ia menambahkan, adapun bila untuk peluang bisnis, tentu Indonesaia bisa mengembangkan wisata syariah.
Dalam hal ini Indonesia bisa melakukan strategi dan kepentingan untuk bisnis. Di samping itu ia turut menilai Malaysia yang dikenal dengan perkembangan pesat wisata syariahnya akhir-akhir ini.
Ia berpendapat angka pertumbuhan wisata syariah Malaysia sebetulnya bergabung dengan Singapura, oleh karenanya bisa terlihat cukup fantastis.
"Ini saya tidak mengkhayal, Malaysia sebetulnya tidak sebesar itu angkanya, tidak fantastis karena orang-orangnya itu saja Singapura dan Malaysia sama," tutupnya.