REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Koleksi museum Benteng Vredeburg mulai Kamis (29/1) malam bertambah. Hal ini lantaran pihak PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional (Daop) VI Yogyakarta memajang koleksinya yaitu Lokomotif Bimo Kunting untuk dipindahkan menjadi koleksi museum tersebut.
Proses pemindahan lokomotif yang masuk daftar Cagar Budaya ini dilakukan Kamis malam kemarin. Saat ini lokomotif generasi ketiga dari lokomotif seri yang sama tersebut bisa dilihat dari dekat di Museum Benteng Vredeburg.
Manajer Heritage PT KAI Wawan Hermawan mengatakan, pemindahan lokomotif tua ke museum tersebut dilakukan untuk sosialisasi kecintaan masyarakat terhadap kereta api. "Hal ini juga atas permintaan Dinas Kebudayaan DIY karena lokomotif ini masuk cagar budaya," katanya, Jumat (30/1).
Menurutnya, lokomotif Bimo Kunting merupakan generasi pertama buatan anak Indonesia. Bima Kunting generasi pertama diluncurkan pada tahun 1960. Sementara yang dipajang di kawasan Beteng Vredeburg tersebut merupakan generasi ketiga yang diproduksi 1965. "Dinas Kebudayaan DIY yang memilih Bima Kunting generasi ketiga untuk dipajang di Vredeburg," katanya.
Menurutnya, pihaknya bersama Dinas Kebudayaan DIY melakukan penelusuran sejarah Bima Kunting. Hal ini karena lokomotif tersebut sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Bahkan penamaan Bima Kunting juga dilakukan oleh Sri Sultan HB IX.
Oleh karena itu, dengan penempatan di Vredeburg yang berdekatan dengan Titik Nol Kilometer diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk mencintai kereta api melalui sejarah dan peninggalannya. Meski sudah berada di Vredeburg, namun Bima Kunting masih ditutup dengan kain terpal dan belum diperlihatkan untuk umum.
"Lokomotif ini mulai dari perencanaannya dilakukan dari nol. Semua dikerjakan oleh anak bangsa dan pertama kalinya yang berhasil diproduksi," katanya.
Semasa masih aktif, Bima Kunting dimanfaatkan sebagai lokomotif langsir yakni untuk menarik atau mendorong lokomotif yang hendak dilakukan perawatan di Balai Yasa. Meski ukurannya tergolong kecil, namun bermesin diesel dengan kekuatan 120 daya kuda.
Selain itu memiliki akselerasi yang lebih cepat dan jarak pengereman yang lebih pendek. Terakhir kali Bima Kunting beroperasi pada tahun 1980. Setelah itu hanya tersimpan di Balai Yasa Yogyakarta. Kemudian pada 19 November 2014 lalu dilakukan restorasi untuk dipajang di Vredeburg sebagai salah satu bentuk pelestarian benda cagar budaya.