REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Minum minuman beralkohol di cuaca dingin dapat menaikkan suhu tubuh sementara. Namun selanjutnya justru menurunkan suhu tubuh dan meningkatkan risiko serangan hipotermia.
Banyak orang merasa lebih hangat di musim dingin dengan meminum alkohol. Studi menunjukkan strategi yang biasa dilakukan di musim dingin ini justru menunjukkan dampak sebaliknya.
Berdasarkan studi Dasarang Central Hospital, rasa hangat di tubuh setelah mengonsumsi alkohol didapat karena aliran darah dipercepat ke permukaan kulit sehingga kulit terasa hangat.
Namun, data rumah sakit yang didirikan Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan untuk menangani kecanduan alkohol ini menunjukkan kenaikan suhu tubuh memang meningkat saat tubuh memproses alkohol. Setelah itu, kulit akan membiarkan panas tubuh lepas dan membuat suhu tubuh justru turun.
Penurunan suhu tubuh bahkan bisa sampai 35 derajat celcius yang mengakibatkan hipotermia. Minum minuman beralkohol membuat sistem tubuh kesulitan menjaga kestabilan suhu normal tubuh.
Tercatat pula makin lebih banyak orang yang justru terserang hipotermia saat musim dingin.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan mencatat, antara 1-8 Desember 2014, 137 pasien dilaporkan mengalami gangguan sistem tubuh karena suhu tubuh yang turun mendadak. Jumlah ini hanya setengah dari laporan kejadian serupa di periode yang sama tahun lalu.
84,7 persen dari total pasien yang suhu tubuhnya mendadak tercatat positif terserang hipotermia. Setengah dari mereka yang terkena hipotermia mengaku minum alkohol.
Saat suhu tubuh seseorang turun di bawah 35 derajat celcius, perilaku mereka mirip orang mabuk. ''Jika ini juga terjadi pada orang yang baru mengonsumsi alkohol, risiko jadi meningkat,'' kata Direktur Dasarang Central Hospital, Jeon Yong-joon, seperti dikutip Korea Times, Jumat (16/1).
Sementara jika suhu tubuh menyentuh 33 derajat celcius, ini bisa menyebabkan kelelahan otot. Jika suhu terus turun ke 32 derajat celcius, penderita bisa merasa pusing, kelelahan, atau pingsan.