REPUBLIKA.CO.ID, Perceraian makin banyak terjadi di dunia maupun di Indonesia. Perceraian pun disebabkan oleh beberapa faktor. Tapi sebenarnya apa penyebabnya meningkatnya angka perceraian?
Psikolog anak, Ine Indriani, MPsi, menjelaskan fakta tentang angka perceraian di dunia. Katanya, dua dari lima pernikahan di Swedia, Denmark, Inggris, berakhir dengan perceraian. Satu dari dua pernikahan di Amerika dan Rusia berakhir dengan perceraian.
“Seiring meningkatnya perceraian, usia anak yang mengalami perceraian orang tua, semakin muda,” ungkapnya kepada ROL, Jumat (16/1).
Sementara fakta tentang angka perceraian di Indonesia semakin meningkat. Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), per tahun 200 ribu kasus perceraian terjadi, dengan angka perkawinan mencapai dua juta per tahun. Pemicunya adalah KDRT (fisik dan emosional), perselingkuhan, ekonomi, poligami, penelantaran keluarga, perselisihan dengan keluarga besar, dan suami lalai dalam memenuhi kewajiban.
Ine menjelaskan biasanya penyebab perceraian karena perselingkuhan dan masalah seksual. Selain itu, masalah uang, anak, tugas rumah tangga, perubahan hidup (punya bayi, pindah kerja atau rumah) juga menjadi penyebab.
Bahkan masalah kecemburuan, ketidaksetiaan, masalah cinta, hubungan semakin jauh dan perbedaan keinginan pun menjadi penyebab. Adapula perceraian diakibatkan oleh alkohol, narkoba dan ketidakselarasan dalam rumah tangga.
Untuk menghindari perceraian ada beberapa potensi keselarasan dan stabilitas pernikahan yaitu menjalankan peran sesuai dengan jenis kelamin dan peran tradisional, komunikasi verbal, kedekatan usia, kesamaan ras, agama, kelas sosial, pendidikan, minat, pekerjaan, kesamaan prinsip politik-sosial, kesedian berkompromi dan keselarasan gairah seks.