Kamis 08 Jan 2015 02:59 WIB

Etihad Airways Delay, Satu Orang Meninggal Dunia

Rep: Desy Susilawati/ Red: Winda Destiana Putri
Etihad airways delay selama 13 jam
Foto: News
Etihad airways delay selama 13 jam

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Etihad Airways mengalami akhir pekan yang mengerikan. Maskapai ini menunda penerbangan dari Bandara Abu Dhabi menuju Dusseldorf, Jerman karena kabut tebal yang terpaksa membuat bandara menutup landasan karena kekacauan dan keterlambatan parah.

Akibatnya penumpang dibiarkan didalam pesawat dan terdampar di darat selama 13 jam, Sabtu (3/1). Satu diantaranya bahkan meninggal dunia.

Maskapai ini merilis pernyataan kepada Khaleej Times bahwa Etihad Airways mengalami gangguan atau kekacauan penerbangan yang belum pernah terjadi pada Sabtu lalu. Kemudian ditindaklanjuti dengan penutupan bandara akibat kabut di pagi dini hari. Lalu terjadi penutupan landasan, penumpukan penumpang dan penundaan di semua maskapai.

"Selama beberapa waktu didarat, sambil menunggu izin tinggal landas, Etihad Airways menyediakan penumpang makanan dan minuman serta informasi mengenai penundaan penerbangan," ujar perwakilan Etihad Airways seperti dilansir dari laman News, Kamis (8/1).

Setelah akhirnya tinggal landas ke Dusseldorf, pihak maskapai terpaksa membuat pengalihan dan pendaratan darurat di Winna ketika penumpang pria berusia 73 tahun meninggal ditengah penerbangan.

"Setelah menjaga penumpang dipesawat selama 13 jam, penerbangan EY23 menuju Dusseldorf dialihkan menuju Winna karena seorang penumpang menerima perawatan medis darurat dan cardio pulmanory resuscitation (CPR) dari kru pesawat," tambah perwakilan Etihad dalam surel kepada The National.

Walaupun tim medis sudah berusaha menyelamatkannya, penumpang itu tidak tertolong dan akhirnya meninggal dipesawat.

"Kami turut belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga penumpang yang meninggal itu," tambahnya.

Kim Bekelaar, 28 tahun, seorang neurologist asal Belanda di Maastricht University, yang kebetulan berada didalam pesawat yang sama sebagai penumpang, mengatakan kepada The National bagaimana dia dan suaminya membantu merawat pria didalam pesawat setelah petugas memintanya. Ia dan suaminya memberikan saran medis kepada kru pesawat.

"Ketika kami menemui pria ini dikursinya, dia masih bernafas. Tapi ketika kami menurunkannya ke lantai dia cukup terengah nafasnya dan kekurangan nafas. Dia tidak berdenyut juga tidak ada peredaran darah," ujar Bekelaar.

Tapi, sebagai kebijakan Etihad, hanya anggota kru yang bisa melakukan CPR yang bekerja menyadarkan pria itu sampai pesawat mendarat di Winna. "Kru mengatakan ini kebijakan mereka dalam upaya menyadarkan. Dan saya pikir itu bagus," ujar Bekelaar seraya menambahkan kru dan penumpang lainnya berduka atas peristiwa ini.

Sebagai pertanggung jawaban Etihad, pihaknya memberikan akomodasi hotel untuk penumpang pesawat lainnya dan juga menyediakan trasnportasi alternatif antara Winna dan Dusseldorf.

Setelah semua keadaan kondusif, pesawat akhirnya mendarat di Dusseldorf 30 jam setelah jadwal kedatangannya. Penundaan ini juga berdampak pada penerbangan Etihad selanjutnya dari Abu Dhabi.

Selama penundaan itu, Etihad mengerahkan lebih dari 500 staf tambahan di bandara untuk membantu penumpang yang terjebak di Abu Dhabi. Etihad melayani lebih dari 15 ribu makanan untuk penumpang dibandara dan menyediakan lebih dari 2.000 kamar hotel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement