REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Asosiasi perusahaan perjalanan wisata Indonesia (Asita) Jawa Tengah beranggapan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 rute Surabaya-Singapura beberapa waktu lalu tidak mengganggu sektor wisata di Jateng.
"Memang sempat berdampak, ada beberapa orang yang menggagalkan perjalanan wisata mereka terutama keluar negeri tetapi jumlahnya tidak banyak," kata Ketua Asita Jateng Joko Suratno di Semarang, Selasa (6/1) kemarin.
Untuk jumlah yang membatalkan perjalanan mereka hanya di bawah lima persen sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Menurutnya, dampak tersebut hanya bersifat sementara karena saat ini perjalanan wisata menjadi kebutuhan pokok masyarakat bahkan dari semua kalangan.
"Sifatnya hanya shock effect saja, ke depan kami optimistis mereka yang menggagalkan perjalanan wisata tidak lagi merasakan kekhawatiran," katanya.
Apalagi, maskapai penerbangan yang melayani rute internasional bukan hanya Air Asia tetapi juga masih banyak penerbangan yang secara pelayanan lebih baik lagi.
Menurutnya, di antara negara lain, Singapura menjadi salah satu destinasi wisata yang paling diminati oleh masyarakat Jawa Tengah. Selain karena jaraknya yang lebih dekat dengan Indonesia, negara tersebut juga menawarkan banyak objek wisata yang cukup menarik.
"Kalau melihat tren pada tahun-tahun sebelumnya, puncak pemesanan untuk perjalanan wisata ke negara tersebut akan terjadi pada bulan Mei, Juni, dan Juli. Pada saat itu ada great sale Singapura," katanya.
Sementara itu, Marketing Communication Nusantara Tour and Travel Dimas B Prasetya mengatakan, kecelakaan pesawat tersebut tidak lantas membuat para konsumen yang sudah memesan tiket menjadi takut untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan sarana transportasi tersebut.
"Apalagi kalau Air Asia ini kan sering sekali memberikan tiket promo, biasanya ini yang diincar para konsumen. Biasanya mereka-mereka ini yang memang punya hobi wisata," katanya.
Meski demikian, pihaknya mengakui ada beberapa konsumen yang sudah terlanjur memesan tiket perjalanan wisata namun akhirnya dibatalkan dengan alasan cuaca buruk.
"Kalau karena faktor ini memang biasa terjadi, biasanya kondisi demikian terjadi antara bulan Desember dan Januari," katanya.