Senin 05 Jan 2015 15:24 WIB

Gagal Masuk UNESCO, TMII Legowo Sekaligus Kecewa

Rep: CR05/ Red: Winda Destiana Putri
Borobudur mini di TMII, Jakarta-Timur
Foto: ROL/Santi Sopia
Borobudur mini di TMII, Jakarta-Timur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada penilaian November lalu, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) gagal lolos masuk daftar Warisan Budaya Dunia Tak Benda United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Direktur Operasional TMII Ade F Meyliala mengatakan, hasil tersebut masih dievaluasi tim penilai dari UNESCO.

"Nilanya negatif. Kita tentu menerima dan akan memperbaiki TMII dari semua segi baik itu anjungan, museum, dan sebagainya," ujar Ade kepada Republika Online di TMII Jakarta, Senin (5/1).

Menurut Ade, penilaian negatif tersebut mengartikan ada beberapa hal yang masih harus dikuatkan oleh TMII. Seperti membenahi berbagai anjungan, wahana, taman, museum maupun program dan lainnya di TMII.

Pada intinya menurut Ade, para tim penilai UNESCO menilai bahwa orientasi TMII tidak untuk peningkatan jumlah pengunjung atau turis. Melainkan merupakan sebuah taman pelestarian budaya Indonesia di mana pengunjung hanya sebagai efek nya.

Kendati legowo atau menerima dengan lapang dada, di sisi lain, namun Ade juga menyayangkan sikap Intangible Cultural Heritage (ICH), pihak penilai TMII sekaligus pemberi rekomendasi pada UNESCO. Menurutnya penilaian tersebut sarat intrik politik yang juga tidak sepenuhnya dipahami Ade.

"Banyak masalah di sekitar UNESCO sendiri soal Warisan Tak Benda ini. Saya juga tidak terlalu tahu namun yang jelas itu politiknya UNESCO," kata Ade.

Ia menambahkan, penilaian tersebut hanya berdasarkan data di atas berkas-berkas sekaligus subyektif, bukan melihat langsung TMII. Adapun, pihaknya mengaku akan kembali mengajukan TMII yang sebentar lagi berusia 40 tahun itu ke UNESCO 2016 mendatang.

Sebagai informasi, TMII sudah dua kali diajukan sebagai Situs Warisan Dunia Tak Benda UNESCO sejak 2011 bersama noken dan tarian Bali. Alasan diajukannya TMII dikarenakan akan menjadi model penataan budaya Tak Benda oleh negara-negara lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement