REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Kalimantan Timur Rita Widyasari mengaku tengah mempopulerkan festival atau tradisi Erau yang rutin setiap setahun sekali digelar di Kukar.
Menurut Rita, sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengetahui festival internasional tersebut. Padahal beberapa negara menurut dia sudah mengenal dan memiliki animo cukup tinggi berpartisipasi dalam festival seni dan budaya itu.
"Jadi Erau ini sebetulnya tradisi leluhur, namun agar tidak membosankan kita bungkus juga secara modern, ada sakralnya ada modernnya," ujar Rita di Jakarta, Sabtu (3/1).
Adapun beberapa negara yang biasa berpartisipasi mempersembahkan penampilan budayanya di festival itu yakni seperti Mesir, Belanda, Rusia, Italia, Kroasia, Latvia, Hungaria, Kolumbia, Korea Selatan, Bangladesh dan Filiphina.
Negara tersebut, juga merupakan anggota Internastional Council of Organization of Folklore Festival and Folk Art (CIOFF).
"Rata-rata peserta per negara juga bisa sampai 30 orang. Tujuannya agar kita bisa melihat budaya mereka begitu juga sebaliknya budaya kita dikenal dunia," tambah Rita.
Erau pertama kali dilaksanakan pada upacara tijak tanah dan mandi ke tepian ketika Aji Agung Batara Agung Dewa Sakti berusia 5 tahun. Setelah dewasa dan diangkat menjadi Raja Kukar pertama (1300-1325) juga diadakan upacara Erau.
Sejak itulah Erau juga hanya bisa dilakukan oleh kerabat keraton atau istana dengan mengundang sejumlah tokoh pemuka masyarakat yang menjadi abdi kerajaan. Erau berasal dari bahasa Kutai yakni eroh yang berarti ramai, riuh, ribut, suasana penuh sukacita.
"Festival Erau tahun ini direncanakan diadakan pada Juni sebelum puasa dan diikuti 15 negara," ujar Rita.