Rabu 31 Dec 2014 09:59 WIB

Maskapai Asia Tenggara Butuhkan Banyak Pilot

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Winda Destiana Putri
Pilot saat bertugas (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Pilot saat bertugas (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Tumbuh cepatnya ekonomi negera-negara Asia Tenggara menciptakan kelas menengah yang lebih mampu bepergian menggunakan pesawat.

Maskapai sendiri terus berupaya agar standar kompetensi dan keselamatan terpenuhi.

Analis CAPA Centre for Aviation yang berbasis di Sydney, Brendan Sobie, menyebut setidaknya ada 1.600 unit pesawat yang beroperasi di Asia Tenggara.

"Satu-satunya kawasan di dunia yang membutuhkan pesawat dan layanan penerbangan terbanyak. Pertumbuhannya pun akan terus berlanjut," ungkap Sobie seperti dikutip Associated Press, Rabu (31/12).

Untuk satu unit pesawat baru, maskapai harus mempekerjakan setidaknya 10 hingga 12 pilot baru. Kebutuhan yang tinggi ini cukup wajar karena mayoritas maskapai kini memiliki jadwal penerbangan pagi hingga malam, tujuh hari sepekan, sementara pilot butuh istirahat.

Berdasarkan data International Air Transport Association, Asia Pasifik saat ini melayani 31 persen penumpang pesawat global. Dalam dua dekade mendatang, jumlahnya diprediksi meningkat hingga 42 persen. Penumpang pesawat di Asia sendiri akan meningkat rata-rata 1,8 miliar orang per tahun atau setara dengan 2,9 miliar dolar AS.

Boeing memprediksi Asia-Pasifik akan butuh 216 ribu pilot dalam 20 tahun mendatang. Kebutuhan ini terhitung yang tertinggi karena menyerap 40 persen kebutuhan global.

''Pertumbuhan eksponensial akan perjalanan menggunakan jasa angkutan udara ini yang kurang diantisipasi banyak pemerintah di regional Asia,'' kata pendiri perusahaan riset penerbangan Malaysia, Endau Analytics, Shukor Yusof.

Kurangnya infrastruktur, bandara, dan pilot juga sering diabaikan karena ekspektasi perusahaan penerbangan berbiaya rendah lebih fokus pada kecepatan penerbangan.

Japan’s Peach Aviation, yang sepatuh kepemilikannya dipegang ANA Holdings, mengatakan akan mengurangi 2.100 jadwal penerbangan global mereka pada April hingga Oktober mendatang karena kurangnya pilot.

AS memiliki banyak fasilitas pembekalan pilot, dari universitas hingga sekolah penerbangan. Asia, yang menjadi pusat maskapai yang berkembang pesat seperti AirAsia, Lion Air dan Jet Airways, kata mantan eksekutif Delta Arilines David Greenberg, tidak mempunyai program pelatihan yang cukup untuk memenuhi kompetensi pilotnya.

"Memang ada kekurangan pilot secara global," kata Greenberg. Saat ia bekerja untuk Korean Air, 10 persen pilot maskapai itu adalah orang asing dari 28 negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement