REPUBLIKA.CO.ID, Baru-baru ini sedang marak berita mengenai seorang siswi SMK salah satu sekolah di Kota Tangerang yang kabarnya telah melahirkan seorang bayi laki-laki di kebun warga. Diduga bayi yang dilahirkan tersebut merupakan hasil pergaulan bebas siswi kelas tiga SMK tersebut.
Agar anak kelak terhindar dari pergaulan bebas, salah satunya caranya adalah dengan mengajarkan anak mengenai batasan sentuhan yang boleh diterimanya.
Psikolog anak, Ine Indriani Aditya, MPsi menjelaskan batasan fisik, emosional, maupun mental diperlukan untuk melindungi diri dari manipulasi, penyalahgunaan, atau tindak kekerasan orang lain. Batasan membantu memisahkan antara apa yang kita pikirkan dan rasakan dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Menurut Ine, batasan membantu diri kita mengekspresikan diri sebagai individu yang unik dan berbeda dengan yang lain.
Lalu mengapa perlu mengajarkan batasan kepada anak? Tujuannya agar anak memahami batasan fisik diri dengan orang lain, memahami batasan antara barang milik kita dengan orang lain, memahami batasan antara perasaan kita dengan orang lain. Memahami dan mengikuti aturan yang telah disepakati serta memahami batasan dalam berinteraksi dengan teman, lawan jenis, guru, dan orang lain.
Setelah anak memahami mengenai batasan, anak juga perlu memahami mengenai batasan sentuhan. Mengapa perlu mengajarkan batasan sentuhan pada anak? Sentuhan adalah salah satu cara setiap orang untuk berkomunikasi satu sama lain. Namun, dalam sentuhan ada batasan-batasannya.
“Batasan tersebut diperlukan untuk melindungi diri dari manipulasi, penyalahgunaan, atau tindak kekerasan orang lain,” ujar Ine kepada ROL, Selasa (16/12).
Batasan mengenai sentuhan baik dan buruk sangat penting untuk perkembangan fisik dan sosial-emosional anak. Mengajarkan batasan melalui pemahaman good touch bad touch dapat membantu mencegah terjadinya pelecehan seksual.
Pelecehan seksual pada anak dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Pelakunya dapat berupa orang-orang yang ada di sekitar (termasuk di dalam keluarga maupun di luar rumah). Pelecehan seksual pada anak dapat berupa prakontak seksual antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata-kata, sentuhan, gambar visual, perilaku eksibisionis), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (inses, perkosaan, eksploitasi seksual).