REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Sepuluh pejuang keanekaragaman hayati atau Biodiversity Warriors terpilih melakukan petualangan ke Gua Jomblang, Desa Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Biodiversity Warriors adalah gerakan generasi muda yang diinisiasi oleh Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) untuk mempopulerkan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia melalui dunia maya.
Para warriors muda ini hasil seleksi lebih dari 500 mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Meraka bergabung dalam gerakan yang diluncurkan pada 18 Juni 2014 di Jakarta. Sejak diluncurkan para warriros yang mendaftar didorong untuk berbagi informasi tentang keanekaragaman hayati baik dalam bentuk artikel, foto ataupun video. Setiap informasi yang unggah di www.biodiversitywarriors.org mendapat poin untuk mengantarkan mereka pada Biodiversity Warriors Journey pada akhir tahun. Sebanyak 10 warriors yang terpilih ini adalah mereka yang paling aktif berbagi informasi dan berhasil mengumpulkan lebih dari 1.000 poin.
Selama tiga hari (5-7 Desember 2014), para generasi muda dari berbagai daerah di Indonesia ini dibawa oleh Yayasan KEHATI melakukan petualangan ke Gua Jomblang. Gua vertikal yang dikelola Cahyo Alkantana ini menjadi salah satu gua di kawasan Geo Park Gunung Sewu yang sedang mendapatkan perhatian dunia internasional. Keunikan gua ini adalah keindahan pancaran sinar surgawinya (ray of light) yang muncul dari mulut gua. Selain itu, gua ini menyimpan hutan purba yang tersimpan selama ribuan tahun. Dahulunya hutan ini berada di permukaan, akibat perubahan struktur karst yang mendominasi wilayah Gunung Kidul, hutan ini amblas sehingga terbentuklah gua vertikal. Vegetasi hutan ini menjadi beradaptasi dengan kondisi gua yang lembab.
Sesuai dengan bentuknya yang vertikal, para warriors ini harus turun sedalam 90 meter sebelum menyentuh dasar. Di dalam gua kering tersebut, mereka disambut dengan ragam vegetasi hutan purba yang didominasi oleh tanaman pakis. Selanjutnya, mereka berjalan menyusuri gua gelap sepanjang 300 meter sebelum bertemu dengan sajian utama gua yang disebut oleh masyarakat lokal Luweng Jomblang yaitu ray of light. Beruntung ketika itu, cahaya matahari menerobos partikel air yang berterbangan di gua sehingga cahaya surgawi itu terbentuk. Jika kondisi mendung atau hujan, akan sulit menyaksikan keindahan alam itu.
"Mereka tidak hanya berpetualang melihat keanekaragaman hayati di Gua Jomblang, para generasi muda diberikan pelatihan untuk dapat memberikan informasi yang benar dan menarik," ujar Communication Officer Yayasan KEHATI, Rosyid Nurul Hakiim, di Gua Jomblang, Ahad (7/12). Pelatihan yang diberikan meliputi pendalaman konteks keanekaragaman hayati, fotografi dan penulisan. Para pakar yang dihadirkan diantaranya Cahyo Alkantana, pelaku usaha ekowisata dan juga pembuat film keanekaragaman hayati internasional, Nurhadi Pinto, fotografer senior asal Yogyakarta, dan Dwi Prasetyo BS, fotografer kontributor Kantor Berita Reuters dan National Geographic Indonesia.
Pelatihan ini menjadi bekal untuk mengasah kemampuan Biodiversity Warriors untuk dapat mempopulerkan keanekaragaman hayati di Indonesia. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan gerakan Biodiversity Warriors yaitu mengenalkan keragaman, keunikan, dan kegunaan keanekaragaman hayati di Indonesia kepada masyarakat luas. "Diharapkan dari proses ini akan muncul ketertarikan terhadap keanekaragaman hayati Indonesia dan keinginan untuk melindunginya," tegas Rosyid.
Sementara itu, salah satu warriors terpilih, Subhan Hadi, mahasiswa Jurusan Biologi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh mengatakan, banyak sekali mendapatkan pengalaman dari kegiatan Biodiversity Warriors Journey ini. "Menyusuri gua merupakan pengalaman pertama yang sangat mengesankan. Bagi saya kegiatan ini sangat bermanfaat, bukan hanya pelatihannya yang kaya ilmu, tetapi juga bertemu para pemuda yang hebat-hebat. Seru..., kita sharing berbagi pengalaman,'' paparnya. Harapan Mahasiswa semester lima ini, petualangan Gua Jomblang serta ilmu yang didapat selama tiga hari bisa ditransfer kepada para generasi muda di Aceh. Sehingga masyarakat di luar Aceh pun bisa mengetahui keanekaragaman hayati di wilayah Serambi Makkah.
Peserta lainnya, Tri Aulia Rahman dari Universitas Diponegoro, Semarang, mengatakan Biodiversity Warriors memberikan jalan untuk mendapatkan banyak teman yang memiliki minat yang sama. 'Yang luar biasa, saya mendapatkan materi yang bermanfaat dari profesional kelas internasional," ujarnya. Dia berharap dengan bergabung bersama Biodiversity Warrios, dapat terus berkontribusi untuk keanekaragaman hayati di Indonesia.
Diharapkan melalui kegiatan ini akan banyak generasi muda yang tertarik dengan keanekaragaman hayati Indonesia. Sehingga akan muncul semangat Biodiversity Warriors lain di berbagai daerah. Pada akhirnya dari rasa suka dengan keanekaragaman hayati itu, semangat pelestarian akan terus berkembang.