Kamis 11 Dec 2014 14:34 WIB

Kebijakan Bebas Visa Dongkrak Sektor Pariwisata

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Pariwisata Bali (ilustrasi)
Foto: antara
Pariwisata Bali (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kebijakan pemerintah pusat yang memberlakukan bebas visa ke Indonesia untuk lima negara diprediksi akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Bali, khususnya sektor pariwisata tahun depan.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bali memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Pulau Dewata 2015 berkisar 5,5-6,5 persen.

"Pemberlakukan bebas visa ke Australia, Rusia, Cina, Jepang, dan Korea berkontribusi besar pada perekonomian Indonesia, khususnya Bali tahun depan," kata Ketua Apindo Bali, Panudiana Khun di Denpasar, Kamis (11/12).

Bali merupakan salah satu daerah yang menjadi destinasi wisata tertinggi di Indonesia. Pemerintah pusat juga menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) hingga 20 juta orang pada 2019. Panudiana juga memprediksi model pariwsata kreatif di Bali akan semakin berkembang seiring penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan.

Sektor pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan kontribusi dari 10 persen menjadi 17 persen dati total ekspor barang dan jasa. Pariwisata juga menjadi penyumbang devisa terbesar, dari peringkat kelima menjadi keempat dengan total penghasilan devisa 10 miliar dolar AS.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Panusunan Siregar mengatakan wisman terbanyak tang datang ke Bali pada Oktober 2014 adalah Australia, Cina, Jepang, Malaysia, dan Korea Selatan. Masing-masingnya mengantongi persentase sebesar 26,59 persen, 15,54 persen, 6,55 persen, 5,90 persen, dan 4,44 persen.

"Sepanjang Januari-Oktober 2014, wisman yang datang ke Bali sudah mencapai 3,122 juta orang. Secara kumulatif, wisman tersebut didominasi turis asal Australia, Cina, malaysia, Jepang, dan Singapura," kata Panusunan dijumpai terpisah.

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, I Gusti Kompiang Aya mengatakan Cina potensial menjadi target utama wisman di Indonesia dan 70 persen dari mereka yang datang terkonsentrasi di Bali. Untuk menarik lebih minat turis dari negeri berpenduduk satu miliar itu, maka perlu dilakukan sejumlah pembenahan infrastruktur dan pramuwisata yang mahir berbahasa Mandarin.

"Saat ini jumlah anggota HPI Bali mencapai 5.625 orang dan sekitar 800 orang menguasai Bahasan Mandarin. Jumlah ini belum cukup," kata Kompiang.

Ada sejumlah tantangan investasi sektor pariwisata di Indonesia versi Apindo. Pertama, dana penanaman modal realtif tinggi dan mengandung risiko tinggi pula. Kedua, pembangunan sektor pariwisata disatu daerah menyebabkan harga-harga kian tinggi, termasuk tanah, sehingga biata pembangunan sarana prasana semakin mahal.

Ketiga, infrastruktur belum memadai dan masalah kemacetan lalu lintas. Keempat, peraturan kebijakan tumpang tindih dan tidak sinkron, serta lemahnya koordinasi antara pemangku kepentingan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement