Selasa 09 Dec 2014 20:28 WIB

Menyelamatkan Keanekaragaman Hayati yang Tersisa

Rep: Wihdan Hidayat/ Red: Fernan Rahadi
Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Indah Sari, Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Indah Sari, Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Berapa banyak tanaman atau pohon yang masih tersisa di sekitar kita sekarang ini? Ini yang menjadi pertanyaan saat pertemuan antara Biodiversity Warrior dengan pengelola Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Indah Sari, Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta, Jumat (5/12).

Mungkin saat 10 tahun lalu masih bisa melihat aneka pepohonan buah-buahan lokal dan pohon kayu keras masih banyak berdiri di sekitar taman ini. Namun, saat ini dengan laju penebangan pepohonan untuk diambil kayunya sangat pesat membuat beberapa pepohonan nyaris punah.

Sebelum terlambat, untuk menghindari kepunahan itu sejak 2005 sekitar 42 orang dari empat dusun yakni Dusun Kenis, Dusun Brongkol, Dusun Gerotan, dan Dusun Jimatan mencoba mengelola keanekaragaman hayati kembali dengan menanam kembali tanaman yang unik. Seperti menanam kembali pohon cermai dan wuni misalnya. Dulu pohon ini masih gampang dijumpai di masyarakat, dan sekarang sangat sedikit yang masih ada.

Menurut Sugito, salah satu ketua pengelola taman kehati kondisi ini sebenarnya karena ulah manusia itu sendiri yang menebang tanpa pandang bulu. Tanpa disadari pohon-pohon menghilang satu persatu secara masif. Untuk itu hingga pada 2009 silam bersama tokoh penggiat lingkungan hidup Tepus Sudarli mendirikan rumah kehati ini.

Dengan tujuan mengembalikan tanaman-tanaman yang sekarang langka baik itu kembali banyak.  Dengan luas lahan sebesar 6 hektare warga mencoba memulai program menanam kembali. Lahan yang digunakan berasal dari tanah desa yang dimanfaatkan kembali. Taman terbagi menjadi dua yakni di Telaga Sengon dan Gunung Bajo, Purwodadi, Tepus, Gunung Kidul.

Di Telaga Sengon dengan luas 4 hektare lebih banyak ditanami tanaman langka dan tanaman keras. Sedangkan di Gunung Bajo dengan luas 2 hektare ditanami dengan tanaman buah dan deplot anggrek bulan putih. Jumlah tanaman hingga kini sudah mencapai 80 jenis tanaman baik itu tanaman buah atau tanaman keras.

“Sejak dua tahun terakhir tanaman buah sudah mulai menghasilkan, tetapi masih sedikit,” ujar Ketua Kelompok Tani Wanita Subekti.

Oleh karena itu buah-buahan belum bisa dijual ke masyarakat atau pedagang. Untuk kedepanya, warga menginginkan taman kehati ini bisa menjadi tempat tujuan wisata edukasi  lingkungan. Pembelajaran bagi anak-anak mengenai ilmu tanaman dan tempat beristirahat keluarga.

Begitulah salah satu usaha yang dimulai dari awal untuk kembali mengembalikan tanaman yang notabene termasuk keanekaragaman hayati tanah air. Meski dengan kondisi serba terbatas warga tetap berusaha untuk berusaha sebaik mungkin mewujudkan cita-cita awal pendirian taman kehati ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement