REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Halimatus Sa'diyah
OSAKA -- Jepang dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki sistem transportasi terbaik di dunia. Masyarakat Jepang menjadikan kereta sebagai transportasi andalan mereka. Jika Anda berkunjung ke Negeri Sakura tersebut, cobalah naik kereta Hankyu yang klasik.
Kereta Hankyu berada di tiga kota penting di Jepang, yakni Osaka, Kobe, dan Kyoto. Nuansa klasik sudah terasa sejak berada di stasiun, seperti yang terlihat di Stasiun Umeda. Stasiun yang berada di kota Osaka tersebut dihiasi ornamen-ornamen bergaya klasik dengan dominasi warna krem dan emas.
Seperti, stasiun Jepang pada umumnya di Stasiun Umeda dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang, mulai dari departement store, mini market, restoran, toko buku, dan kafe.
Untuk dapat menikmati kereta tua Hankyu, penumpang wajib memiliki tiket elektronik. Tiket dapat dibeli di tiap stasiun. Khusus turis asing, Hankyu menjual tourist pass seharga 700 yen atau sekitar Rp 73.500 yang bisa digunakan sepanjang hari di seluruh jalur Hankyu. Tourist pass bisa dibeli di Kansai Airport atau di Hankyu Tourist Center yang berada di Stasiun Umeda.
Tak perlu lama menunggu kereta tiba, sebab kereta akan datang tiap sepuluh menit. Kereta milik Hankyu berwarna merah marun. Kursi penumpang yang disusun berhadap-hadapan dilapisi kain berwarna hijau velvet. Adapun bagian lantainya berwarna krem. Klasik sekali.
Interior kereta Hankyu sebenarnya hampir tak ada beda dengan KRL yang ada di Jakarta. Yang membedakan, kereta Hankyu lebih bersih dan terawat.
Republika berkesempatan mengunjungi salah satu depo kereta Hankyu yang berada di Shojaku, Osaka. Di tempat ini, kereta menjalani perawatan rutin. Asisten Manajer Departemen Perawatan Kereta Hankyu Railway, Yasuki Horie mengatakan, kereta-kereta Hankyu ada yang berumur 30 sampai 50 tahun.
Pada dasarnya, kereta-kereta di Jepang didesain untuk masa pakai hingga 50 tahun. Namun, mayoritas operator kereta di Jepang hanya memakai kereta sampai usia 30 tahun saja. Sebab, di atas usia tersebut, biaya perawatannya semakin mahal. Sehingga, banyak operator memilih mengoperasikan kereta baru.
Namun, Hankyu memilih untuk tetap menggunakan kereta mereka sampai usia maksimal, yakni 50 tahun. Tak hanya itu, Hankyu juga tetap mempertahankan desain asli kereta dari pertama kali dipakai hingga saat ini.
Horie mengatakan, hal itu sengaja dilakukan untuk memperkuat identitas Hankyu sebagai operator kereta klasik. "Ini strategi branding," ujar Horie.
Meski mengoperasikan kereta tua, Hankyu tidak sembarangan. Ada sederet tahapan perawatan yang harus dijalani semua kereta. Mulai dari perawatan harian, mingguan, sepuluh harian, tiga bulanan, empat tahunan, dan delapan tahunan.
Untuk pemeriksaan harian, Hankyu menggunakan sistem berbasis IT untuk mengecek kondisi tiap kereta. Ada semacam CCTV yang dipasang di jalur kereta. Lewat kamera tersebut, para insinyur mesin Hankyu dapat mengecek kondisi kereta tanpa harus memindahkannya ke depo.
Meski hanya lewat kamera, mereka bisa mengecek mulai dari kondisi tubuh kereta, pantograf, sampai kondisi bantalan bearing dengan cara mendeteksi temperatur roda kereta.
Kereta-kereta milik Hankyu dicuci sepekan sekali. Kemudian, ada juga pemeriksaan kondisi dan fungsi komponen utama kereta yang dilakukan tiap tiga bulan sekali. Tak hanya itu, agar kereta tetap bagus, Hankyu mengecat ulang kereta tiap empat tahun sekali. Kemudian, apabila sudah memasuki usia 30 tahun, mesin kereta diganti.
Horie menyebut, biaya general inspection yang dilakukan tiap delapan tahun sekali untuk satu rangkaian kereta yang terdiri dari delapan gerbong mencapai Rp 3 miliar. "Semua pemeriksaan kereta harus dilakukan oleh aparat hukum Jepang," katanya.
Saat ini Hankyu memiliki 1.315 gerbong kereta. Dari jumlah tersebut, 72 gerbong di antaranya akan segera dihancurkan karena hampir berusia 50 tahun.
Saat mengunjungi depo Hankyu, Republika sempat melihat kereta yang akan segera dihancurkan. Dari tampilan fisik, kereta berwarna merah marun tersebut masih bagus. Catnya masih mengkilap, kursinya masih lengkap tak ada yang rusak. Kendati demikian, Horie mengatakan kereta tersebut akan tetap dihancurkan.
"Komponennya sudah terlalu tua," kata dia.