Kamis 04 Dec 2014 17:57 WIB

Menpar: Pariwista Indonesia Belum Siap Hadapi MEA 2015

Menpar Arief Yahya dan Wagub Jabar Blusukan ke Situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa-Barat
Foto: ROL/Santi Sopia
Menpar Arief Yahya dan Wagub Jabar Blusukan ke Situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa-Barat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata Arief Yahya dengan tegas menyatakan pariwisata Indonesia belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 mendatang. 

Menpar merujuk pada data yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF), yang menunjukkan daya saing pariwisata Indonesia ada di posisi 70 dari 144 negara. Sementara di ASEAN, Indonesia berada di peringkat empat, dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand. 

"Jujur saja, kita belum siap," kata Arief Yahya usai membuka 'Gerakan Akselerasi Sertifikasi Tenaga Kerja Pariwisata dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015', Kamis (4/12) siang di Jakarta. 

Idealnya, kata Menpar, Indonesia berada di peringkat 30 besar dunia. Pasalnya Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat tinggi. 

Untuk mencapai posisi tersebut menurutnya banyak hal yang harus dilakukan. Salah satunya penambahan jumlah tenaga kerja pariwisata yang memiliki kompetensi sesuai standar ASEAN Mutual Recognition Arrangements on Tourism Professionals (ASEAN MRA-TP). Standar tersebut telah disepakati negara-negara ASEAN pada 9 November 2012 di Bangkok, Thailand. 

Saat ini tenaga kerja pariwisata Indonesia yang telah tersertifikasi kompetensi sebesar 121.520 orang. Jumlah tersebut baru mencapai 30 persen, sedangkan minimal tenaga kerja yang harus tersertifikasi menurut Menpar sebanyak 375 ribu orang atau 50 persen dari tenaga kerja pariwisata di Indonesia. 

"Maka dari itu gerakan ini kita luncurkan, dengan melibatkan dari kementerian tenaga kerja, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan Bapenas," kata dia. 

Gerakan ini bertujuan mendorong stakeholders pariwisata melakukan gerakan bersama dalam menghadapi ASEAN MRA on Tourism Profesionals di tahun 2015, serta menginformasikan kepada seluruh stakholders pariwisata akan pentingnya SDM berkompeten melalui pengakuan sertifikasi kualifikasi kompetensi. 

"Juga mendorong Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pariwisata Pihak 1 untuk melaksanakan uji kompetensi okupansi dan berintegrasi dengan program reguler Diploma Pariwisata, Hospitaliti dan perjalanan," kata dia. 

Dengan keberadaan tenaga kerja pariwisata yang sesuai standard, maka dengan sendirinya akan meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia. Sehingga target 20 juta wisatawan pada 2019 yang ditargetkan pemerintah dapat terpenuhi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement