Kamis 04 Dec 2014 15:05 WIB

Sertifikasi Usaha Pariwisata Syarat Utama MEA

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Masyarakat Ekonomi ASEAN
Foto: blogspot.com
Masyarakat Ekonomi ASEAN

REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Sertifikasi usaha menjadi syarat utama bagi pelaku usaha pariwisata di Indonesia untuk bisa bersaing dengan negara lain di Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita), I Ketut Ardana meski sedikit terlambat, namun Bali akan segera membentuk Lembaga Sertifikasi Usaha (LSU) untuk memfasilitasi hal tersebut.

"Asita baru akan membentuk LSU ini. Memang ini agak terlambat sebab isu MEA ini sudah dimunculkan sejak 2003. Namun, kami tetap berkomitmen bahwa secara perlahan sertifikasi ini bisa dilakukan," kata Ardana dijumpai Republika di Kuta, Kamis (4/12).

LSU ini nantinya akan melibatkan lembaga pemerintah, khususnya pendidikan, dan juga asosiasi. Sertifikasi menjadi pegangan bagi seluruh pelaku usaha pariwisata di Indonesia yang ingin meraih pasar global. Bentuk sertifikasinya pun beragam. Ardana mencontohkan sertifikasi khusus reservasi pariwisata, transportasi, produk, termasuk sistem ticketing.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Anak Agung Gede Yuniartha Putra mengatakan setiap pelaku usaha pariwisata di Indonesia, khususnya Bali harus memenuhi standar kompetensi masing-masing. Asita misalnya, harus menaati regulasi yang ada demi berperan penting membangun kepariwisataan Bali, serta memberi pelayanan angkutan pariwisata terbaik bagi wisatawan.

"Asita dan asosiasi pelaku pariwisata lainnya harus melengkapi diri dengan sertifikasi kompetensi, sehingga siap menghadapi MEA," ujar Yuniartha Putra.

Ke depannya, Indonesia akan bersaing dengan negara tetangga yang sudah lebih dulu mempersiapkan sertifikasi lengkap di sektor pariwisatanya, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia. Data Kementerian Pariwisata menunjukkan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke negara-negara ASEAN pada 2012 misalnya, mencapai 89 juta orang.

Jumlah tersebut terdiri dari 40 juta wisatawan intra-ASEAN dan 49 juta wisatawan extra-ASEAN. Indonesia berada di peringkat keempat dengan menerima total delapan juta wisatawan setelah Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Direktur Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata di Kementerian Pariwisata, Frans Teguh memeparkan jumlah wisatawan yang datang ke ASEAN pada 2013 sebesar 93,068 juta wisatawan atau naik 10,5 persen. Mereka menghasilkan devisa sebesar 358,923 juta dolar AS.

"Indonesia waktu itu ada di peringkat ketiga dengan total 8,8 juta wisatawan serta nilai devisa 9,337 juta dolar AS," kata Frans.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement