REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Festival Gandrung Sewu kembali digelar. Festival yang memasuki tahun ketiga ini akan dihelat pada Sabtu (29/11) esok di Pantai Boom, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Yanuarto Bramuda, mengatakan sebanyak 1.200 penari Gandrung akan terlibat dalam festival tersebut. Ribuan penari itu akan menari bersama di pinggir pantai dengan latar belakang Selat Bali jelang matahari terbenam.
Tari Gandrung adalah tari khas Banyuwangi yang telah ditetapkan sebagai "Warisan Budaya tak Benda" pada tahun lalu oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kini Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah).
"Seperti tahun-tahun sebelumnya, Festival Gandrung Sewu akan menyuguhkan pemandangan yang memukau di mana ribuan penari dengan busana dominan merah tampak menawan terkena semburat sinar sunset," kata Yanuarto Bramuda dalam keterangan tertulis kepada ROL, Jumat (28/11).
Tahun ini, Festival Gandrung Sewu mengangkat tema "Seblang Subuh" di mana tari tersebut dikemas lebih lengkap dengan iringan musik yang rancak dan sentuhan teatrikal. Seblang Subuh bermakna permohonan ampun kepada yang maha kuasa.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, Festival Gandrung Sewu dan berbagai acara promosi wisata di Banyuwangi adalah ikhtiar untuk memperpanjang siklus destinasi. Sehingga, Banyuwangi tidak hanya dikenal dengan satu atau dua destinasi saja seperti Pantai Pulau Merah, Kawah Ijen, atau Pantai Plengkung yang selama ini sudah cukup tersohor.
"Dengan memperpanjang siklus destinasi, otomatis lama kunjungan wisatawan bertambah. Setelah menikmati event, misalnya, bisa ke Kawah Ijen, Pulau Tabuhan, belanja kuliner, dan sebagainya. Otomatis belanja wisatawan lebih besar. Pariwisata event juga memberi banyak opsi ke wisatawan untuk memilih jadwal agenda kunjungan ke Banyuwangi," kata Anas.