Jumat 28 Nov 2014 17:11 WIB

Dubai Targetkan Jadi Pusat Wisata Medis Timur Tengah

Seorang perempuan menjalani konsultasi untuk bedah plastik di Dubai.
Foto: AP
Seorang perempuan menjalani konsultasi untuk bedah plastik di Dubai.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Dubai tak hanya populer sebagai kawasan glamor dan wisata mewah. Dubai kini berlomba untuk menjadi tempat bagi turis untuk datang dan berwisata medis.

Harapannya, dalam enam tahun ke depan, Dubai bisa menarik 500 ribu turis medis. Dubai namun lebih bertujuan untuk menarik minat turis yang ingin melakukan operasi plastik.

Seperti dikutip dari AP, Jumat (27/11), sebelumnya orang Arab kaya lebih senang melakukan operasi plastik di Beirut. Tapi perpecahan di Suriah dan kekereasan yang tumpah di Lebanon menjauhkan turis Arab kaya dari Beirut. Dubai yang telah menghabiskan banyak dana untuk infrastruktur medis pun berharap bisa masuk daftar tujuan utama bagi turis medis.

Targetnya, 20 juta turis akan datang ke Dubai pada 2020. Sebanyak 500 ribu turis diantaranya diharapkan datang untuk urusan medis dan memberi pemasukan hingga 710 juta dolar AS. Tahun lalu, Dubai Health Authority mengatakan sebanyak 120 ribu turis medis datang ke Dubai, memberi pemasukan hingga 200 juta dolar AS.

Bisnis turisme medis merupakan salah satu bisnis besar di dunia. Bisnis ini diperkirakan bisa meraup 50-60 miliar dolar AS dalam satu tahun di dunia dan tumbuh 100 miliar dolar dalam satu dekade mendatang.

Untuk mencapai targetnya, Dubai mengeluarkan visa yang bisa diperbarui setelah tiga bulan bagi turis medis dan pendampingnya. Termasuk meluncurkan kampanye mengenalkan Dubai sebagai destinasi bagi operasi plastik dan kesehatan di Timur Tengah.

Dubai tergolong salah satu kota yang dengan cepat tumbuh sebagai tujuan operasi plastik. Sebanyak 150 ahli bedah plastik berlisensi ada di Dubai.

Emma Jordan, orang Inggris yang tinggal di Dubai, memutuskan menjalani operasi bedah plastik dan pengurangan selulit di Dubai ketimbang di London. Alasannya, waktu tunggu operasi di Dubai relatif lebih singkat. Prosedur yang dijalaninya juga dirasa lebih personal. Meski dari faktor harga, ia merasa hampir sama yaitu di kisaran 9.200 dolar AS.

''Saya rasa di Inggris, semuanya lebih klinis. Anda menjalani konsultasi, Anda tidak selalu bisa bertemu ahli bedah sebelum dan sesudahnya. Kadang hanya bertemu perawat. Tapi di sini sebaliknya. Ada perbedaan yang sangat besar,'' ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement