REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak ingin anak stres bahkan gila karena terlalu banyak belajar? Ingin tahu bagaimana cara orang tua sebaiknya dalam mendidik anak?
Simak tips berikut yang disampaikan Psikolog Anak, Ine Indriani, M.Psi, kepada Republika, Jumat (28/11).
Ine menjelaskan orang tua terutama seorang ibu dalam mendidikan anak tentu dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya pengalaman masa lalu si ibu tersebut. Dahulu ibu diasuh oleh bundanya seperti apa. Cara orang tuanya dahulu mengasuh ibu, mungkin saja diturunkan kepada anandanya kemudian.
Selain itu, latar belakang pendidikan, pengetahuan tentang parenting juga berpengaruh. Dan keinginan ibu untuk belajar juga turut mempengaruhi. Bahkan budaya dalam keluarga dan budaya didaerahnya juga berpengaruh.
Ia berharap orang tua atau pasangan muda perlu kritis dan mempunyai pengetahuan yang baik tentang parenting dan tumbuh kembang anak. Mereka juga perlu banyak bertanya dan membaca.
Selain itu, orang tua juga harus bisa mengenali tumbuh kembang anak dengan baik. Ia juga menyarankan agar orang tua memilih sekolah yang baik untuk anak. Juga pilih les yang sesuai dengan tumbuh kembang anak.
Menurut Ine orang tua harus peka terhadap keluhan-keluhan anak berkaitan dengan sekolah ataupun tempat les. Apakah anak kita senang dan menikmati suasana disana? Atau justru mengeluh tidak suka. Misalnya anak mengeluh sakit perut atau menolak untuk les.
Ia menambahkan agar orang tua juga jangan hanya mengikuti tren memasukkan anak ke berbagai les. Ikut les ini itu karena anak tetangga ikut ini itu.
"Anak-anak usia balita atau awal-awal SD masih sangat dipengaruhi motivasi eksternal. Jadi lihat apakah gurunya mengerti tentang perkembangan anak atau tidak," tambahnya.
Bukan hanya itu, Ine menyarankan agar orang tua memperhatikan perkembangan multiple intelligence anak. Anak yang cerdas bukan hanya pandai calistung, tapi bisa memiliki area kecerdasan yang lain termasuk kecerdasan intrapersonal dan interpersonal, self smart dan people smart.
"Termasuk kecerdasan dalam meregulasi emosi, menghadapi masalah berinteraksi dengan orang lain, dan lainnya," ujarnya.