REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seringkali warga Jakarta maupun pendatang hanya mengenal wisata Kota Tua dan Masjid Istiqal sebagai tujuan wisata sejarah mereka. Padahal, pada kenyataannya, mereka lupa bahwa Jakarta kaya akan wisata syariah.
Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala Bidang Pengkajian dan Pendidikan Jakarta Islamic Centre (JIC) Ustaz Rakhmad Zailani Kiki kepada Republika Online, belum lama ini.
"Jakarta tidak hanya memiliki warisan sejarah zaman Belanda saja, tetapi memiliki banyak warisan kebudayaan Islam yang dapat dijadikan sebagai tujuan wisata syariah," lanjutnya.
Menurutnya, persoalan itu harus dikembangkan dan disadari oleh semua pihak. Melihat, banyak para penggiat wisata syariah hanya mengacu pada tempat-tempat hiburan, seperti hotel syariah maupun tempat kuliner syariah.
Padahal, wisata syariah tidak hanya sebatas dalam lingkaran itu saja. Warisan para ulama terdahulu, seperti masjid, kitab dan peninggalan-peninggaan lainnya dapat dijadikan sebagai tujuan wisata khazanah.
"Sebut saja salah satunya Masjid al Alam di Marunda yang memiliki kisah masuknya Islam di Jakarta, kemudian ada pula Masjid Al Makmur di Tanah Abang yang usianya sudah ratusan tahun dan Masjid Al Mansyur di Jembatam Lima," lanjutnya
Selain itu, adapula komplek yang dijadikan tempat pembinaan para ulama betawi dari dulu hingga kini. Serta komplek pembinaan dan pengkajian hadis.
Ia menekankan, wisata syariah tidak hanya terkait dengan ziarah kubur semata, yang datang kemudian berdoa saja dan seringkali menimbulkan kesan syirik. Padahal, seharusnya wisata ziarah juga dimaknai dengan mengingat perjuangan para ulama dalam membawa Islam di Jakarta dan di daerah lainnya.
Baitul Quran di TMII juga merupakan wisata syariah yang mendidik. Mengenal tokoh-tokoh ulama Betawi dan perjuangan pun menjadi sajian wisata syariah yang banyak diminati. Begitu juga dengan pesantren -pesantren tua.
"Bukan hal-hal yang dapat megundang kesan syirik dalam wisata ziarah itu. Lagi pula, wisata khazanah di Jakarta cukup banyak. Wisata yang meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Islam, bagaimana Islam menyebar di Jakarta dan bagaimana perkembangannya," lanjut pria yang telah begabung di JIC sejak 2006 itu.
Oleh karena itu, promosi wisata syariah di Jakarta harus ditingkatkan dan JIC siap untuk menjadi bagian di dalamnya. Dimana, salah satu keinginan dari JIC sekarang ini adalah menjadi titik pusat wisata kebudayaan Islam di Jakarta. "Jangan sampai berpikir wisata syariah di Jakarta tidak lah menguntungkan. Apalagi menjelang masyarakat ekonomi Asean, banyak muslim dari negara tetangga yang ingin mengetahui sejarah dan perkembangan Islam di Jakarta, Ibukota Indonesia,"
"Kini, wisata syariah telah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat khususnya umat Muslim. Bukan, hanya sekedar wisata yang membuat senang saja tetapi berilmu, sehingga dapat mencerdaskan masyarakat,".