REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Menjadi salah satu situs yang usia nya mengalahkan usia dari Piramida Giza di Mesir, situs ini kerapkali menuai kontroversi. Lalu, bagaimana sebenarnya sejarah menjadikan situs ini terkenal?
Dikatakan oleh Nanang, Koordinator juru pelihara Situs Gunung Padang Cianjur, pada tahun 1763, situs ini digunakan untuk bertapa. Lalu pada 1914 dicatat oleh NJ Chrom, seorang peneliti dari Belanda.
"Namun masyarakat masih tetap menggunakan area sebagai ladang berkebun," ujar Nanang belum lama ini.
Kemudian pada 1979, saat masyarakat sekitar sedang mencangkul, mereka dikejutkan oleh ditemukannya batu berlimpa di beberapa titik. "Timbul kecurigaan ini makam atau bangunan. lalu dilaporkan ke Kecamatan, Pemkot dan Badan Arkeologi," katanya mengisahkan.
Kemudian pada 1980, tim Arkeologi Nasional (Arkenas) di bidang sejarah kepurbakalaan datang ke situs ini untuk meneliti lebih lanjut.
"Pada 1981 ada ekskavasi pertama, yaitu penggalian skala kecil. Kemudian di tahun 1982 dilakukanlah pemugaran awal, pohon mulai ditebang, tanah-tanah dikeruk dibantu masyarakat sekitar, lalu mulai terlihat teras-teras berundaknya ini," katanya.
Namun, ketika Gunung Galunggung Tasikmalaya meletus, maka penelitian ini sempat dihentikan. "Pada 1985 dilanjutkan dan ditemukan tingkatan atau undakan. Setelah itu diresmikan dengan nama punden berundak oleh akademisi hingga dikenal sampai saat ini," katanya.
Seperti diketahui sebelumnya, situs ini sangat kontroversial karena seringkali pemerintah mendapat laporan baik itu soal sengketa lahan, penemuan, dan lainnya.
Namun hal itu ditanggapi Wagub Jabar Deddy Mizwar sebagai hal yang wajar saja. "Artinya situs ini sangat menarik perhatian, kadang-kadang kita fasilitasi atau mediasi para pihak ini, kadang juga tidak. Pembuktianlah yang akan meredakan kontroversi," kata dia.