REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Gubernur Aceh Zaini Abdullah menyatakan kopi arabika yang tumbuh di wilayah dingin di dataran Tinggi Gayo mencakupi Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues itu digemari para penikmat kopi dunia.
"Kopi Gayo merupakan salah satu kopi sangat digemari penikmat kopi dunia. Bahkan kopi ini disebut-sebut lebih nikmat dibanding kopi 'Blue Mountain' dari Negara Jamaika," katanya di Banda Aceh, Kamis (20/11).
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekda Aceh Dermawan, gubernur menjelaskan bahwa petani di dataran tinggi "Tanah Gayo" itu mengembangkan tanaman kopi jenis arabika itu dengan cara organik atau tanpa menggunakan pupuk/obat kimia. "Hal itulah membuat harga jual kopi gayo menjadi tinggi dan mampu menembus pasar Internasional. Pada tahun 2010, kopi gayo mendapat Sertifikat Indikasi Geografis yang tentunya memperkuat identitas kopi ini," katanya menjelaskan.
Dermawan juga menyebutkan, ekspor kopi Gayo saat ini telah menembus 17 negara Eropa, Amerika dan sejumlah negara kawasan Asia. Sebesar 70 persen ekspor kopi arabika Indonesia berasal dari Aceh. "Kami boleh berbangga, karena untuk Indonesia, Aceh adalah penghasil kopi arabika terbesar. Sekitar 70 persen ekspor kopi arabica Indonesia berasal dari Aceh," katanya menambahkan.
Total luas perkebunan kopi di Aceh sekitar 50.300 hektare terdiri dari 48 ribu hektare kopi arabika dengan tingkat produksi mencapai 25.370 ton/tahun. Selain arabika di dataran tinggi "Tanah Gayo", Sekda juga menyebutkan di Aceh tumbuh dan berkembang kopi jenis robusta yang digemari penikmat kopi di Tanah Air. Robusta umumnya disajikan di warung-warung kopi di pesisir Aceh.
Khusus untuk kopi robusta yang banyak tumbuh seperti di Aceh Besar, Pidie, dan Aceh Jaya dengan luas tanaman 2.300 hektare dan produksinya berkisar 800 ton/tahun Selain dua jenis kopi tersebut, juga ada kopi sangat khas yang juga banyak dihasilkan di Aceh, yaitu kopi Gayo luwak. Kopi ini sangat unik, karena diolah dari kopi sisa kotoran luwak yang sudah disamak atau dibersihkan, sehingga aman untuk dinikmati.
Harganya sangat mahal karena dipercaya memiliki cita rasa ekslusif. Tak heran jika usaha kopi luwak berkembang pesat karena prospek bisnisnya sangat menguntungkan. Namun bukan berarti usaha perkebunan dan bisnis kopi selalu berjalan mulus, karena juga mengalami beberapa hambatan misalnya sistem perkebunan dan pengolahan kopi yang belum modern, permainan harga yang banyak dikendalikan orang luar, serta belum optimalnya koordinasi antara petani dan pedagang.