Rabu 19 Nov 2014 17:49 WIB

BBM Naik? Ini Tips Menghadapinya (2-Habis)

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Pengguna kendaraan bermotor mengantre untuk membeli BBM bersubsidi di salah satu SPBU Surabaya, Jatim, Senin (17/11) malam.  (Antara/M Risyal Hidayat)
Pengguna kendaraan bermotor mengantre untuk membeli BBM bersubsidi di salah satu SPBU Surabaya, Jatim, Senin (17/11) malam. (Antara/M Risyal Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, Bahan bakar minyak (BBM) baru saja naik. Sambutan masyarakat pun sangat beragam. Sebagian besar mengutuk kenaikan harga BBM itu karena akan berimbas pada kenaikan harga barang, jasa maupun transportasi.

Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning, Pandji Harsanto, SE, CFP, memberikan tips menghadapi kenaikan BBM. Sebab, kenaikan BBM sudah pasti akan meningkatkan biaya hidup sehari-hari.

Pandji, Rabu (19/11), menjelaskan per tanggal 18 November 2014 BBM bersubsidi sudah naik 30 persen sebesar Rp 2.000 dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500. Sudah tidak dipungkiri lagi bisa jadi kenaikan harga dan biaya yang lain naik menjadi 30 persen atau lebih. Masalahnya apakah kenaikan penghasilan Anda juga 30 persen atau bahkan lebih pada waktu dekat ini?

Kalau jawabannya tidak atau belum tentu, berarti Anda harus benar-benar berhemat dan mulai meninjau ulang penerimaan dan pengeluaran bulanan Anda.

4. Menghapus pengeluaran yang tidak perlu

Mungkin ada pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu dilakukan, Pandji pernah melihat beberapa pengeluaran kliennya dan menemukan pengeluaran yan tidak perlu. Misalnya kliennya langganan koran harian yang gak pernah dia baca tiap hari, ataupun langganan TV kabel yang dibuka semua kanalnya, padahal yang dia butuhkan tidak semuanya. Semua pengeluaran yang tidak perlu sebenarnya bisa Anda hapuskan. Singkatnya adalah coba Anda tinjau kembali pengeluaran-pengeluaran Anda apakah ada yang biayanya diluar nilai kewajaran mungkin bisa Anda kurangi atau Anda hapuskan.

 

5. Pilihlah perhitungan suku bunga tetap jika ingin melakukan kredit properti

Dengan naiknya harga barang-barang, bukan tidak mungkin jika sewaktu-waktu ada perubahan suku bunga turun ataupun naik. Tidak menjadi masalah jika suku bunga turun, jika suku bunga naik maka suku bunga kredit pastinya akan naik juga, akan lebih baik jika Anda yang memiliki penghasilan tetap dan kenaikannya kurang dari inflasi untuk memiliki kredit properti (KPR) dengan perhitungan bunga tetap, untuk perhitungan suku bunga tetap ini biasanya ada di bank-bank syariah.

6. Mencari penghasilan tambahan

Idealnya keuangan keluarga yang baik adalah pada pos penerimaannya lebih besar daripada total pos pengeluarannya, dari kecilpun kita sudah diajarkan agar jangan lebih besar pasak daripada tiang. Jika dari pos-pos pengeluaran tersebut sudah direvisi pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu dikurangi ataupun dihapuskan masih terdapat defisit keuangan bulanan,  maka Anda harus berpikir kreatif bagaimana mendapat tambahan penghasilan sebesar 30 persen sesuai dengan kenaikan biaya-biaya yang ada akibat kenaikan BBM.

7. Tabungan dan investasi yang disisihkan idealnya pun ikut naik

Sekedar mengingatkan dengan naiknya biaya-biaya menjadi 30 persen, berarti untuk mendapatkan barang dan jasa yang sama saat ini Anda harus mengeluarkan biaya ekstra lebih mahal dari biasanya. Setelah keadaan normal, Anda bisa menambah penghasilan sebesar 30 persen dan pengeluaran sebesar 30 persen maka hendaknya tabungan atau investasi yang Anda lakukan reguler pun hendaknya naik.

Tujuannya, agar tabungan yang ada dapat mengikuti daya beli sesuai kenaikan harga yang ada saat ini. Misalnya sebelumnya Anda bisa menyisihkan Rp 1 juta per bulan untuk menabung maka ada baiknya yang disisihkan saat ini sebesar Rp 1,3 juta per bulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement