REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghabiskan malam Minggu di Yogyakarta tak lengkap rasanya jika tak pergi ke Malioboro. Sebagai ikon Kota Yogyakarta, Malioboro tak pernah sepi pengunjung, terutama di malam Minggu.
Muda-mudi maupun yang sudah sepuh, tumplek bleg di sekitar jalan yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta itu. Sejak sore, orang-orang sudah memadati Malioboro yang menurut orang lokal kependekan dari "Maliya saka Bara".
"Artinya mulia dari pengembaraan. Dulu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX punya cita-cita menjadikan Malioboro sebagai pusat kemuliaan atau kemakmuran orang Yogyakarta, dan itu terbukti hingga sekarang," kata Firman Hermansyah (32), salah satu warga Yogyakarta yang menikmati saat santai di Sabtu malamnya di salah satu angkringan di Malioboro, Ahad (2/11).
Selain memiliki beberapa obyek wisata bersejarah yang senantiasa menjadi magnet bagi pelancong, seperti: Tugu Keraton, Stasiun Tugu Gedung Istana Negara, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, Malioboro juga menjadi surga bagi yang doyan belanja.
Malioboro memiliki deretan pedagang kaki lima, yang menjajakan kerajinan khas Yogyakarta mulai dari kaos sablon dengan disain khas Yogyakarta hingga baju-baju batik. Kaos bersablon khas Yogya, misalnya, bisa didapat mulai dari harga Rp15.000 hingga Rp50.000 tergantung ukuran kaos, kualitas bahan dan kelihaian menawar.
"Tips belanja di Malioboro ada tiga, satu, tawar barang hingga 75 persen harga sebenarnya lalu naikkan tawaran sedikit demi sedikit, tawaran biasanya mencapai kesepakatan di angka 50 persen. Kedua, jangan lupa pakai bahasa Jawa, tapi kebanyakan sih sekarang yang jualan orang Padang, hehe.. Ketiga, kalau sudah menemukan barang yang ingin dibeli, setelah dibayar jangan diberikan kembali ke pedagang, tapi langsung bawa saja karena banyak pedagang nakal yang suka menujar barang dengan kualitas lebih jelek dari pada barang yang dipajang," kata Firman.
Selain pakaian dan kerajinan khas Yogyakarta, Malioboro juga menawarkan wisata kuliner malam yang menggoda. Sedapnya jajanan khas Yogyakarta seperti pecel, gudeg, sate ayam, wedang jahe, mie godok dan lain sebagainya tersedia di sepanjang jalan Malioboro dengan harga murah meriah.
"Angkringan ini biasanya buka 24 jam, mau makan cuma Rp20.000 bisa nongkrong sambil makan semalaman di sini," kata Firman.
Jika lelah menyusuri jalanan Malioboro yang kian padat, ada beberapa pilihan menarik untuk menikmati malam. Yang paling menarik adalah naik andong bergaya khas Yogya yang berbeda dari tempat lain.
Andong yang ada di Yogyakarta memiliki ciri khas tersendiri, yakni kereta yang lebih panjang dan memiliki roda dua pasang. Itu menbuat daya angkut andong di Kota Gudeg itu lebih besar dari andong yang ada di daerah lain.
Sebagai angkutan wisata, andong adalah pilihan yang nyaman untuk berkeliling. "Tapi hati-hati, biasanya kalau naik andong dan Anda ragu menyebutkan tujuannya, malah akan dibawa ke tempat-tempat ajaib, hehe," kata Firman memberi saran.
Setelah pukul 22.00 WIB, biasanya toko-toko di Malioboro sudah tutup, namun jalanan masih ramai pengunjung seolah enggan mengakhiri hangatnya Sabtu malam di Kota Yogya.