REPUBLIKA.CO.ID, Pasar yang biasa kita kenal mungkin berada di satu tempat yang sama untuk waktu yang lama, di sana pembeli dan penjual mengetahui persis barang apa saja yang diperdagangkan.
Pasar ini lalu menawarkan sesuatu yang jauh dari konsep pasar konvensional. Pasar 'baru' itu bernama Public Garden dan berada di Singapura.
Di Public Garden, pasar selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan informasi tentang lokasi selalu dikabarkan lewat jejaring sosial dan laman www.public-garden.com.
Pasar berpindah yang hanya diadakan sekali atau dua kali sebulan pada Sabtu dan Ahad ini mulai digelar pada Agustus 2011.
Kala itu hanya ada sekitar 40 pedagang, yang merupakan kawan atau relasi dari penggagas Public Garden. Namun berkat kekuatan promosi lewat jejaring sosial, kini sudah terdapat lebih dari 150 pedagang yang bergabung.
Lokasi-lokasi yang dipilih senantiasa ikonik, di antaranya Museum Nasional Singapura, Gedung Perpustakaan Nasional, The Esplanade, dan Museum Peranakan.
Beberapa kali juga digelar di kawasan pusat bisnis seperti Suntec Convention Centre, ZOUK Singapore, TripleOne Somerset (di Jalan Orchard), dan CityLink Mall.
Matt Ang, salah satu penggagas Public Garden, menjelaskan bahwa konsep pasar berpindah ini menyediakan tempat bagi para pedagang kreatif untuk dapat berjualan bukan hanya secara daring.
"Setiap meja untuk berjualan disewakan dengan harga 60 dolar Singapura (sekitar Rp 570.000 dengan kurs 1 dolar = Rp 9.500)," kata Matt.
Selain ajang transaksi antara pedagang dan pembeli, Public Garden juga menyediakan workshop bagi pengunjung yang berminat. Di workshop, pengunjung dapat belajar bagaimana cara membuat produk yang sedang dijual di Public Garden.
"Khusus pada edisi Pasar Natal, jumlah penjual dan pengunjung bisa sangat membludak. Pembeli terbanyak adalah orang Singapura, sementara terbesar kedua adalah orang Indonesia," kata Matt.
Di Pasar Natal Public Garden, pembeli meminati barang-barang untuk kado Natal dan barang yang dijajakan sangat variatif serta unik, mulai dari kue, kaca mata, perhiasan, sepatu, mesin tik bekas, hingga tas cantik.
Setiap kali digelar, pasar mampu menyedot sekitar 3.000 pengunjung dan ratusan penjual. Bahkan PM Lee Hsien Loong dan beberapa artis papan atas Singapura pernah mengunjungi pasar berpindah ini.
"Di sini juga ada penjual dari Indonesia, dan mereka rutin bergabung dengan Public Garden," demikian Matt Ang.
Akhir pekan ini, pada 27 dan 28 September Public Garden digelar di National Museum of Singapore. Bila kebetulan sedang berada di Negara Singa, pasar ini mungkin bisa jadi salah satu pilihan wisata.