Ahad 21 Sep 2014 23:54 WIB

Cerita Sukses Dodol Garut (2-Habis)

Rep: Angga Indrawan/ Red: Agung Sasongko
 Pekerja mengaduk adonan pembuatan dodol garut
Pekerja mengaduk adonan pembuatan dodol garut

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dari sebuah rumah kecil, peralatan masak yang begitu sederhana, jalan hidup telah membuat pabrik Dodol Picnic menjelma menjadi sebuah perusahaan raksasa.

Hal ini tidak berlebihan mendengar banyak anggapan bahwasanya bekerja di Dodol Picnic merupakan impian setiap warga Garut.

Ato menyebut, pabrik Dodol Picnic kini di huni sedikitnya 300 karyawan. Areal pabrik dihuni puluhan hingga ratusan pekerja yang terbagi dalam beberapa pos pembagian kerja. Mulai dari pengolahan adonan, uji cita rasa, hingga ke bagian bungkus dan pengepakan.

Berkeliling dapur pabriklah yang membuat decak kagum tak bisa dihindari. Bersama Ato Hermanto, ditunjuklah beberapa nilai spesial dari proses pembuatan dodol.

Meski melayani permintaan dalam jumlah yang besar, proses pembuatan dodol masih menggunakan bahan bakar kayu. Beras ketan dan gula yang didatangkan masih sebisa mungkin memaksimalkan hasil kekayaan alam yang datang dari ladang Garut.

"Tugas utama kami di sini adalah menjaga cita rasa sejak pertama kali dodol Picnic diperkenalkan," ujar Ato yang pabriknya kini setidaknya mengolah lima ton beras ketan perharinya.

Setelah berkeliling di dapur pengolahan, masuklah saya ke bagian bungkus dan pe ngepakan. Bagian ini dihuni para pekerja perempuan, didatangkan dari mereka yang memang tak jauh-jauh dari Kota Garut. Alunan merdu tembang Sunda mengiringi pekerjaan mereka yang supercepat. Para perempuan itu lihai tangannya membungkus dodol yang telah dipotong seukuran kartu gaplek.

Jari-jari mereka berakrobat cepat, serasa waktu adalah uang. Tak peduli rasanya kalau-kalau mungkin saja telunjuk dan kelingking mereka tiba-tiba bertukar tempat.

"Aktivitas seperti ini bisa dikunjungi bagi siapa saja," ujar Ato. Biasanya, pada hari Sabtu dan Ahad banyak rombongan kunjung an datang. Atas aktivitas kunjungan itulah, pabrik Picnic istirahat beroperasi pada tiap Jumat.

Nama besar tak kemudian membuat Dodol Picnic menerima istilah inovasi menjadi satu hal yang tabu. Pengembangan produk dodol pun dilakukan dalam kurun waktu sepuluh hingga lima tahun terakhir. Dodol Picnic tak hanya berhenti pada produknya yang orisinal rasa cokelat, wijen, dan kombinasi. Beberapa produk dengan varian rasa lainnya telah muncul untuk menyergap beberapa segmen pasar lainnya.

"Dodol Picnic rasa buah, aneka rasa, dan do dol brownies," ujar Ayek Priyatna dari ba gian marketingDodol Picnic. Menurutnya, pengembangan itu dilakukan agar nantinya se mua produk yang ditawarkan Picnic mampu menghuni hati masyarakat berbagai usia.

Sejatinya Dodol Picnic memang me nyentuh pasar di kelas menengah ke atas. Hal ini terlihat dari perbedaan harga yang signifikan antara Dodol Picnic dengan beberapa dodol merek lain yang juga dijual di beberapa pasar di Kota Garut.

Salah satu contohnya, Dodol Picnic dibanderol dengan harga dalam rentang 20 ribu-30 ribu rupiah untuk tiap 500 gramnya.

Perluasan pasar dodol Picnic juga mencapai beberapa kota besar di Sumatra, Kalimantan, hingga Sulawesi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement