Selasa 09 Sep 2014 10:30 WIB

Nasihat Keuangan Bagi Pria Bercerai (3-Habis)

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Perceraian/ilustrasi
Foto: familylawyerblog.org
Perceraian/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perceraian itu sulit bagi seluruh pihak yang terlibat. Terutama bagi suami, karena mereka biasanya sulit mengungkapkan apa yang dirasakan saat sidang perceraian. 

Bila perceraian telah di depan mata, yang bisa dilakukan berikutnya adalah menatap ke depan. Termasuk dalam urusan keuangan.

Seorang pengacara pernikahan di Weinberger Law Group, Baru Zell Weinberger mengatakan keuangan adalah masalah krusial dalam perceraian, khususnya untuk pria. Berikut adalah beberapa nasihat keuangan yang diperlukan oleh pria yang akan bercerai, dilansir dari the Week, Selasa (9/9).

6. Perhatikan tunjangan tambahan untuk anak

Biasanya, tunjangan anak mencakup kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal, tergantung bagaimana Anda mengatur penyelesaian Anda. Tunjangan anak bisa jadi mencakup biaya lain-lain, seperti asuransi kesehatan, biaya pendidikan, penitipan anak, transportasi, wisata, hiburan, masuk perguruan tinggi dan kegiatan ekstrakurikuler. Mantan pasangan bisa berdebat panjang ketika mengelola biaya-biaya tambahan ini.

"Tunjangan anak itu memang mahal dan sayangnya semua biaya itu akan terasa sulit jika tidak dirinci," kata Weinberger.

Banyak sekali pria yang inginkan bukti tertulis dari tunjangan lain-lain itu dalam bentuk faktur, slip atau laporan keuangan.

Sayangnya, mereka tidak akan mungkin mendapatkannya setelah bercerai. Oleh karenanya, Weinberger menyarankan apa yang disebut solusi hibrid, yaitu membayarkan semua biaya lain-lain itu ke ahlinya, seperti jasa medis prabayar, jasa perawatan anak, maka ini akan membuat Anda dan mantan istri terhindar dari saling berdebat panjang.

7. Siapkan 'ponsel ayah'

Saran ini tidak dibutuhkan oleh pasangan bercerai dengan anak-anak yang sudah dewasa. 'Ponsel ayah' ini diperlukan bagi mereka yang bercerai namun dengan anak-anak yang masih kecil. Ini untuk menjamin komunikasi langsung antara ayah dan anak tetap terjaga, tanpa harus melalui perantara ibunya.

Caranya? Anda bisa meminta bantuan mantan istri untuk menaruh ponsel tersebut dimana anak Anda bisa dengan mudah menemukannya.

Pulsanya sendiri akan dikoordinir oleh Anda. Anak bisa leluasa menelepon atau ditelepon oleh ayahnya.

8. Jangan membuat keputusan yang impulsif

Bagi sebagian orang, perceraian itu seperti kematian. Karena itu tidak apa-apa jika Anda menjadi emosional, berduka, dan terluka, namun hindari membuat keputusan yang impulsif, apalagi itu yang berdampak jangka panjang bagi finansial Anda.

Misalnya, jangan beralih pekerjaan atau pindah ke kota baru hanya karena tidak ingin tinggal disatu wilayah dengan mantan istri Anda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement