Jumat 05 Sep 2014 12:12 WIB

Solo Segera Miliki Museum Tekstil

Suasana pabrik Sritex di Sukoharjo, Solo, Jateng.
Foto: Antara
Suasana pabrik Sritex di Sukoharjo, Solo, Jateng.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Nama besar pendiri perusahaan raksasa tekstil PT Sri Rejeki Isman Teks (Sritek), HM Lukminto, bakal diabadikan dalam sebuah museum. Pendirian museum rencana tak jauh dari lokasi pabrik tekstil teritegrasi di Jetis, Kabupaten Sukoharjo sana.

 

Menurut Presiden Direktur PT Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, museum itu nanti untuk menyimpan barang koleksi peninggalan almarhum HM Lukminto. ''Saat ini keluarga tengah membahas lokasi yang bakal didirikan musium,'' kata putra sulung HM Lukminto ini, Jum'at (5/9).

 

 

Menurut Iwan, untuk tempat yang dipilih pihak keluarga berharap tak jauh dari lokasi pabrik. Hal itu dikarenakan selain masih banyak lahan kosong, harga tanahnyapun juga relatif lebih terjangkau. ''Pertimbangan ini semua untuk mengenang jasa besar beliau,'' katanya.

 

Selain digunakan untuk menyimpan koleksi HM Lukminto selama masih hidup, museum itu nanti juga akan dibuka untuk umum. Selain berisi benda koleksi pribadi. Seperti, keris pusaka, mata uang dari pelbagai negara manca, foto kunjungan HM Lukminto ke negara pelanggan produk tekstil PT Sritek.

 

Juga untuk menyimpan bahan pertekstilan. Seperti, alat produksi untuk pembuatan seragam tentara. Seragam militer pesanan anggota NATO yang anti infra merah, juga dipajang dalam museum nanti.

 

Pasar Asia

Iwan, sebagai pewaris tahta PT Sritek, siap melanjutkan pengembangan pasar tekstil dan produk tekstil ke sejumlah negara. Pabrik sudah menguasai pasar negara-negara Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Kini, juga tengah melakukan penjajakan kerjasama ke beberapa negara kawasan Asia. Hal itu dilakukan sebagai salah satu upaya melakukan ekspansi bisnis.

 

''Kalau kita lihat justru prospek pasar yang cukup potensial ada di Asia, karena untuk negara-negara di Eropa dan Amerika sendiri sudah kami lakukan,'' kata Iwan. Pasar diluar Asia sudah dirintis almarhum ketika masih hidup.

 

Iwan berharap, kedepan PT Sritek bisa memiliki sebuah perusahaan tekstil terintegrasi dipertahankan. Mulai proses bahan baku diolah menjadi bahan setengah jadi, bahan jadi, hingga produk tekstil atau garmen. Proses produksi dari hulu hingga hilir dalam satu pabrik, kata dia, mampu memotong biaya produksi.

 

Proses produksi dari hulu hingga hilir, kata Iwan, tak bisa dilakukan secara instan. Semua dilalui proses panjang. Dan, ini sudah dirintis sejak mendiang HM Lukminto. ''Saya kira itu tidak bisa instan, karena harus dipersiapkan secara matang untuk mewujudkan,'' tambah Iwan.

 

PT Sritex sendiri, kata Iwan, saat ini masih fokus pada industri tekstil dengan melakukan sejumlah pengembangan produk. Salah satunya peluncuran merek baru. Sritex sebenarnya untuk kain sudah memiliki banyak merek. Tetapi untuk produk jadi yang lain masih belum banyak. Oleh karena itu, perusahaan akan fokus kesana.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement