Kamis 04 Sep 2014 17:45 WIB

Keluarga Indonesia Belum Prioritaskan Kebersamaan

Rep: MG ROL 24/ Red: Indira Rezkisari
Dalam situasi keluarga yang hangat, sistem otak anak akan berjalan aktif.
Foto: Prayogi/Republika
Dalam situasi keluarga yang hangat, sistem otak anak akan berjalan aktif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebersamaan dalam keluarga bukan suatu kebiasaan yang bisa berjalan begitu saja. Agar keluarga tetap harmonis dibutuhkan upaya untuk menjaga kebersamaan tersebut.

Sayangnya, upaya untuk meluangkan momen kebersamaan tersebut belum terjadi secara maksimal dalam rumah tangga. Faktanya, hanya empat dari 10 ibu yang berinisiatif membangun kebersamaan dalam keluarga masing-masing.

Baru-baru ini produsen makanan ringan Oreo menggelar survei di tiga kota, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Survei tersebut dilakukan terhadap 500 ibu rumah tangga mengenai pentingnya kebersamaan. Hasilnya, waktu yang diluangkan setiap anggota keluarga untuk bisa bersama-sama sangat sedikit.

“Hasil survei menunjukkan bahwa hanya 4 dari 10 ibu yang berinisiatif untuk membangun kebersamaan keluarga. Hal ini membuktikan, bahwa untuk meluangkan waktu lebih banyak bersama-sama merupakan tantangan tersendiri bagi keluarga Indonesia," ujar Ita Karo Karo Fernandez, marketing manager Oreo Indonesia, Rabu (3/9).

Alhasil timbul fenomena yang disebut 'Alone Together'. Atau, fenomena di mana anggota keluarga sibuk dengan kegiatannya masing-masing padahal berada dalam ruangan yang sama dengan anggota keluarga lainnya.

Ibu memiliki peran yang sangat penting untuk menjadi social engineer dalam keluarga. Ibu diharapkan dapat menciptakan kebersamaan bersama keluarga. Cara yang diusulkan juga tergolong sederhana. Misalnya, makan malam bersama, sarapan bersama, bermain monopoli, hingga mengudapan makanan ringan di sore hari bersama-sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement