REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren penjualan karya secara digital ternyata melirik minat gitaris Andre Dinuth. Pria kelahiran Jakarta 31 tahun silam ini berharap melalui pendistribusian karya secara digital inilah, debut albumnya bisa sampai ke telinga pendengar, baik di dalam maupun diluar negeri.
''Di saat sedang berkurangnya penjualan secara fisik, tentu saja jualan secara digital seperti melalui iTunes menjadi harapan besar bagi para musisi masa kini,'' kata Andre Dinuth ketika berjumpa wartawan di Jakarta, Rabu (25/6).
Andre Dinuth selama ini lebih banyak memainkan peran sebagai session player baik di dapur rekaman maupun live bagi para artis penyanyi dan musisi seperti Glenn Fredly, Rio Febrian, Sandhy Sondoro, Andi Rianto, Erwin Gutawa, Afgan, Marcell, Rossa dll. Nah lahirnya debut album gitarnya yang diberi tajuk 'Andre Dinuth' ini dinilainya sebagai bentuk aktualisasi idealismenya dalam berkarya.
Mengapa ditempelkan embel-embel idealisme? ''Ya, ini menjadi sisi lain idealisme saya dalam bermusik karena di sini karyanya dalam bentuk instrumentalia semua. Ada 10 lagu di dalamnya,'' kata dia.
Di album ini, Andre Dinuth juga menyisipkan sejumlah elemen tradisional seperti alat musik khas Indonesia bagian Timur khususnya Maluku dan Papua bernama Tifa dimainkan oleh George Tanasale . Lalu ada juga permainan solo violin dari Didiet 'Violin' , sentuhan piano dan synth dari Alvin Lubis & Irwan Simanjuntak, tiupan alto saxophone dari Nicky Manuputty hingga betotan bass Indro Hardjodikoro. Genre yang diusungnya pun beragam. Ada warna pop, rock, progresif, sampai fusion jazz yang semuanya membaur dalam alunan musik instrumentalia.
''Nah saya sangat berterima kasih dengan distribusi digital yang dilakukan oleh INSIDE ini. Saya berharap penjualan secara digital ini akan lebih menjangkau penikmat musik saya menjadi lebih luas,'' katanya.