Jumat 13 Jun 2014 21:27 WIB

Inovasi Baru Festival Wayang Indonesia

Wayang
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Wayang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhelatan akbar wayang Festival Wayang Indonesia (FWI) kembali digelar untuk keempat kalinya sejak tahun 2011 di Museum Wayang dan Kawasan Kota Tua, Jakarta, pada 13-15 Juni 2014.

FWI diselenggarakan atas kerjasama Yayasan Total Indonesia bersama Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Sena Wangi), Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Pusat dan Museum Wayang Jakarta.

"Wujud kerjasama ini dalam rangka mengembangkan, melestarikan, mempromosikan, dan membina seni budaya tradisional maupun modern kepada khalayak umum pada seluruh nusantara bahkan mancanegara," kata Ketua Panitia Pelaksana FWI 2014 Sumardi saat jumpa pers di Museum Wayang Jakarta, Jumat (13/6).

"Wayang adalah salah satu warisan budaya peninggalan nenek moyang kita yang patut kita junjung tinggi nilai-nilainya," tambah Sumardi.

Mengusung tema "Dengan FWI Kita Tingkatkan Kerukunan Bangsa", pada pagelaran kali ini menampilkan beragam jenis wayang seperti wayang kulit, wayang orang, wayang golek dari berbagai daerah serta wayang yang ditampilkan dalang muda.

Ia mengatakan FWI juga memberikan tempat khusus bagi pertunjukan wayang yang hampir punah seperti Wayang Orang Betawi, Wayang Cirebon, dan Wayang Topeng Malang.

Beberapa pertunjukan wayang unik juga akan ditampilkan seperti Wayang Urban Revolusi, Wayang Kancil, Wayang Bhinneka Tunggal Ika, dan Wayang Joblar serta pertunjukan wayang populer seperti Wayang Purwa dan Wayang Golek Sunda

Menurut Sumardi, festival wayang ini juga untuk membuktikan bahwa meskipun wayang merupakan warisan budaya tradisi tetapi turut mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu pada FWI 2014 ini akan ada permainan efek visual yang pada perhelatan sebelumnya tidak ada, permainan video mapping dan serta akses video streaming dan radio streaming sehingga dapat dinikmati penggemar wayang dimanapun berada.

"Harapannya wayang selalu dinamis sesuai perkembangan zaman, tidak statis. Artinya sehebat apapun budaya luar yang masuk khususnya pada generasi muda, wayang tidak akan kalah dengan kemajuan teknologi dari seni mancanegara yan masuk. Kita perlu mengembangkan wayang terus menerus," kata Sumardi.

"Pada 2014 banyak menampilkan pagelaran spektakuler yang tentunya tidak loncat dari pakem yang ada. Misal dari Wayang Orang Swargaloka, mengandung unsur ritmis dan dinamis baik dari slide, video mapping, serta berbahasa indonesia dan iringan musik yang kekinian, tapi ceritanya tidak diluar pakem," jelasnya.

Koreografer dari sanggar Wayang Orang Swargaloka, Dewi Sulastri, mengaku perhelatan FWI ini tidak hanya menjadi ajang untuk melestarikan kesenian beragam jenis wayang tetapi juga menantang para seniman wayang untuk mengadakan pembaharuan tentang pementasan wayang agar dapat mengikuti laju perkembangan zaman.

"Wayang tidak cukup hanya dibanggakan jadi warisan dunia tetapi bermanfaat bagi pembangunan karakter dan kemajuan bangsa Indonesia. Didalam wayang menanggung ilmu dan teknologi yang harus digali menjadi menarik dan disesuaikan dengan zamannya. Wayang harus merebut masyarakat masa kini maka harus mampu bersaing dengan berbagai jenis hiburan-hiburan modern saat ini," jelas Dewi.

"Kami sangat beruntung ada FWI ini, maka punya peluang dan kesempatan bagi seniman wayang yang risau dan haus kreativitas untuk menuangkan gagasannya," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement