REPUBLIKA.CO.ID, BANGKALAN -- Museum Cakraningkat di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, mengoleksi sebanyak 2.900 benda bersejarah dari berbagai jenis, mulai alat musik, peralatan rumah tangga hingga senjata yang biasa digunakan prajurit kerajaan jaman dulu.
Kepala Musem Cakraningrat Bangkalan, Didik Wahyudi, di Bangkalan, Kamis, mengatakan koleksi benda-benda itu diperoleh dari hasil peninggalan sejarah di Bangkalan yang berhasil dikoleksi pemkab setempat. "Dari 2.900 koleksi benda bersejarah itu, beberapa di antaranya diperpirakan berumur lebih dari dua abad, salah satunya koleksi alat musik tradisional gemelan," katanya.
Museum Cakraningrat terletak di Jalan Soekarno-Hatta, Bangkalan, sekitar 1 kilometer dari alun-alun kota. Museum itu diresmikan Gubernur Jatim Imam Utomo pada 13 Maret 2008.
Sebelumnya, museum tersebut berada di kompleks rumah dinas bupati Bangkalan, tetapi atas inisiatif Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron, Museum Cakraningrat dipindah ke lokasi yang lebih strategis dan mudah dijangkau masyarakat.
Nama Cakraningrat juga atas usulan Fuad Amin Imron, yang merupakan sebuah gelar bagi raja-raja yang memerintah Bangkalan pada tahun 1648-1918.
"Sesuai dengan namanya, di museum ini banyak mengoleksi benda-benda sejarah yang banyak digunakan raja-raja dan keturunan Cakraningrat," kata Didik Wahyudi.
Museum Cakraningrat didirikan atas gagasan sesepuh Bangkalan seperti R.A. Roeslan Tjakraningrat, R.A. Salehadiningrat Surjowinoto, dan R.P. Machfud Sosroadiputro, pada tahun 1950-1954. Kala itu pemerintah daerah dan pemerhati budaya berinisiatif, untuk mengumpulkan benda-benda maupun dokumen-dokumen milik Keraton Bangkalan yang tersebar dan berada ditangan orang, kemudian dihimpun dan dirawat.
Museum Cakraningrat sebenarnya tidak hanya mengoleksi benda bersejarah, tetapi ada juga benda-benda kuno sebagai peralatan rumah tangga yang biasa digunakan masyarakat jaman dulu, seperti "judang" (tempat penyimpanan makanan), kelbung (tempat penyaring air batu), dan tempayan yang terbuat dari tanah liat.
Ada juga lumpang batu dan lumpang kayu, yakni alat tradisional yang biasa digunakan warga untuk menumbuk gabah atau menumbuk beras menjadi tepung, serta "thuk-thuk" atau kentongan dan lempung atau tungku, yakni alat memasak yang terbuat dari tanah liat.