Rabu 21 May 2014 12:18 WIB

Yuk...ke Pantai Sawarna (3)

Red: M Akbar
Pantai Legon Pari, Sawarna, Banten
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Pantai Legon Pari, Sawarna, Banten

REPUBLIKA.CO.ID, Sesampainya di bibir pantai Karang Beureum, ternyata sudah ada sekelompok orang yang telah tiba lebih awal. Dalam pekatnya pagi buta itu, rombongan tersebut menyetel musik dari perangkat gadget yang mereka bawa. Lantunan 'A Thousand Years' dari Christina Perri mengalun syahdu menghibur hati kami yang tengah menunggu datangnya sang surya di ufuk timur.

Tapi kami cukup beruntung karena tak perlu harus menanti hingga seribu tahun untuk melihat pendaran kuning keemasan di batas cakrawala pantai. Setengah jam saja setelah kami tiba di lokasi, penantian itu mulai memperlihatkan wujudnya. Pendaran warna kuning keemasan mulai terlihat malu di balik bukit karang.

Tanpa ada yang memberi instruksi, senandung lagu melankolik itu dihentikan. Rombongan yang datang lebih awal itu lalu bergerak menyisir batuan karang sambil membawa kamera dan tripod. ''Waktunya sudah datang,'' kata Erwin Tjung, pria yang menjadi pemimpin rombongan tersebut. Erwin adalah pimpinan dari komunitas fotografi asal Jakarta.

Sayangnya, harapan besar kami untuk melihat mentari terbit itu tak berjalan mulus. Hampanya gemerlip bintang di langit sejak malam rupanya telah menjadi tanda bahwa langit masih muram. Alhasil, selimut awan pun menjadi penghalang kami untuk menyaksikan sinar mentari dari bibir pantai Beureum. Yang tampak hanyalah warna kuning keemasan saja yang menyelinap dari balik awan.

Tapi kami tak lekas kecewa. Di kala pandangan semakin jelas terlihat, rasa takjub langsung menjalar. Karang-karang cadas yang dijadikan alas berpijak para fotografer itu justru semakin terlihat nyata berwarna merah. Di beberapa bagian, terlihat terumbu karang yang hidup. Di dalam terumbu karang itu tampak hilir mudik ikan berwarna biru dan hitam yang saling berkejaran serta sesekali terlihat juga bintang laut berwarna hitam yang menyempil di balik terumbu.

Ah, kiranya saya tak perlu harus kecewa karena tak bisa menyaksikan terbitnya sang surya. Tapi hamparan karang dan deburan ombak yang memecah karang itu rasanya sudah cukup untuk memuaskan penantian hati sambil mengingat kembali lirik lagu Christina Perri. ....For a thousand years/ I'll love you for a thousand more... Ya, inilah sebuah kenangan. Sebuah kenangan yang mungkin akan selalu terkenang hingga seribu tahun lamanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement