Ahad 18 May 2014 11:11 WIB

Datang ke Palu, Jangan Lewatkan Kuliner Ini (1)

Red: M Akbar
Kaledo, kuliner khas Palu
Foto: Republika/Yasin Habibi
Kaledo, kuliner khas Palu

REPUBLIKA.CO.ID, Berkunjung ke Palu tanpa mencicipi sop kaledo, rasanya tak akan lengkap perjalanan di kota ini. Kaledo adalah makanan khas dari Sulawesi Tengah. Menu utama dari kaledo adalah tulang kaki sapi atau tulang iga sapi. Ketika saya baru tiba di kota ini, hasrat kuliner pun langsung tertuju untuk segera melahap segarnya sop kaledo.

Tak sulit untuk mendapatkan kaledo di kota Palu. Lokasi yang saya tuju ada di Jalan Diponegoro. Sebuah warung makan bernama Kaledo Stereo terpampang jelas di bagian depan. ''Ini tempat favorit kalau mau makan kaledo di Palu,'' kata Jintan Lembah, salah seorang warga Palu yang menemani perjalanan saya di kota ini.

Kata kaledo ini sebenarnya sebuah bentuk akronim dari kaki lembu Donggala. Sementara dalam bahasa suku Kaili, kaledo merupakan paduan dari dua suku kata, yakni Ka dan Ledo. Jintan menjelaskan, dalam bahasa Kaili Ka berarti keras. Lalu Ledo mengandung makna tidak. ''Jadi artinya kaledo ini tidak keras,'' katanya.

Apa yang dijelaskan Jintan rupanya tak salah. Saat hidangan kaledo sudah berada di depan mata, lidah dan gigi saya seperti sudah siap untuk menjalankan tugasnya; menyantap kaledo! Sebuah mangkuk besar dengan diameter sekitar 20 cm diantarkan oleh pelayan rumah makan. Di dalam mangkuk terhidang dua buah tulang sepanjang ruas telapak tangan orang dewasa.

Sebagian tulang tersebut terbenam dalam kuah yang berwarna bening kecoklatan. Bagian lainnya terlihat menyembul di atas permukaan mangkuk. Jintan menjelaskan bumbu dasar yang digunakan untuk membuat kaledo ini sebenarnya cukup sederhana. ''Cukup pakai cabe rawit, garam, jeruk nipis, lalu ditambah asam yang masih muda atau mentah. Untuk menghidangkannya sebaiknya saat masih panas,'' katanya.

Tulang yang dipakai untuk membuat kaledo ini harus masih menyisakan daging. Inilah yang membuat tulang pada sop kaledo ini terlihat berbeda jika dibandingkan dengan sop tulang di tempat lain. ''Kalau di Jawa, biasanya bagian tulang sudah tidak ada dagingnya lagi,'' kata Nurhayati, sang pengelola Rumah Makan Kaledo Stereo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement