Rabu 14 May 2014 20:40 WIB

Rendang Dapat Menjadi Simbol Kuliner Indonesia

Rendang termasuk salah satu pangan khas Indonesia yang berpotensi untuk diekspor. (ilustrasi)
Foto: indo-yummy.blogspot.com
Rendang termasuk salah satu pangan khas Indonesia yang berpotensi untuk diekspor. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  PADANG -- Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi menyatakan rendang masakan khas dari Ranah Minang dapat menjadi simbol kuliner Indonesia karena telah menjadi makanan yang terkenal dan diakui di mancanegara.

"Rendang sudah menjadi makanan terkenal di Indonesia dan bahkan internasional, jadi kalau ke luar negeri bertanya tentang kuliner Indonesia bukan lagi nasi goreng dan sate atau gado-gado tetapi sudah rendang," kata Bayu di Padang, Rabu (14/5).

Menurut Bayu, industri kuliner ke depan prospeknya kian besar sehingga peluang ini harus dimanfaatkan untuk pasar internasional, karena permintaan yang ada sekarang seperti umum di Eropa dan khususnya di Belanda. "Ada 250 restoran yang sudah menyediakan rendang dalam menunya. Baru-baru ini ke Amerika Serikat banyak diminta sambal pecel dan sambal Lampung, artinya makanan khas Indonesia makin banyak diminati," katanya.

Pemerintah terus berupaya melakukan mempromosikan dan memperkenalka ke dunia luar kuniler khas Indonesia melalui berbagai kegiatan, contohnya beberapa waktu lalu di tempat pameran makanan terbesar di Amerika Utara dibawa makanan tradisional Indonesia. Bayu mengatakan, pekan depan akan mengikuti pameran makanan di New York, maka kuliner rendang ada di sana, bahkan pada tahun lalu ada kegiatan di Austerdam dibuat kegiatan pasar malam Indonesia, dan rendang ada di dalamnya.

Menyinggung soal penentuan tarif rendang di pasaran, ia mengatakan tidak perlu dibuat regulasinya dan diserahkan pada mekanisme pasar sehingga pelaku usaha kulinar tradisional mendapatkan nilai tambah. Namun, yang perlu mendapatkan perhatian bagi pemangku kepentingan dan pemerintah daerah agar suplai bahan pangan ke pasaran sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi.

"Kalau kurang perhatian terhadap suplai sejak sekarang, sepuluh tahun ke depan bisa-bisa permintaan yang semakin tinggi tak terlayani," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement