Rabu 23 Apr 2014 10:15 WIB
Kunjungan ke Australia

Ademnya Museum Islam Australia

Islamic Museum of Australia
Foto: Fernan Rahadi/Republika
Islamic Museum of Australia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi

Islamic Museum of Australia yang terletak di 15A Anderson Road, Thornbury 3072, Melbourne menjadi salah satu persinggahan saya yang paling spesial selama sepekan berada di negeri Kanguru. Hal itu dikarenakan untuk pertama kalinya saya mengunjungi tempat dengan nuansa Islam di negeri dengan mayoritas penduduk non-Muslim.

Sebenarnya, jumlah penduduk Muslim di Melbourne adalah yang terbanyak dibandingkan wilayah-wilayah di Australia yang lain. Dari sekitar 500 ribu penduduk Muslim di seluruh Australia, terdapat lebih dari 100 ribu penduduk Muslim di Melbourne. Mayoritas warga Melbourne beragama katolik (28,3 persen).

Baru dibuka untuk umum pertama kalinya pada 28 Februari 2014, Islamic Museum of Australia bertujuan menunjukkan peninggalan-peninggalan artistik serta berbagai kontribusi para penduduk Muslim melalui berbagai macam karya seni dan artefak-artefak bersejarah.

"Selain itu kami juga ingin menunjukkan kepada warga Australia kebanyakan bahwa Islam itu adalah agama yang damai. Islam tidak seperti yang digambarkan di beberapa media massa sebagai teroris, pencinta kekerasan, dan hal-hal buruk lainnya," kata sang direktur, Sherene Hassan, saat mengantar kami berkeliling di dalam museum tersebut.

Museum yang dibangun dengan 10 juta dolar Australia (Rp 100 miliar) itu dibangun oleh suami-istri Mustafa dan Maysaa Fahour, seorang pengusaha Muslim ternama di Australia. Keduanya menggandeng perusahaan maskapai Etihad Airways dan perusahaan kontraktor internasional Leighton Holdings sebagai partner.

Nuansa modern adalah yang pertama kali terasa ketika masuk ke dalam bangunan berbentuk kubus yang didominasi warna putih dan cokelat tersebut. Saat memasuki bagian pertama dari museum tersebut di lantai dasar, pengunjungi disuguhi berbagai display mengenai dasar-dasar Agama Islam seperti 5 Rukun Islam dan 25 Rasul.

Penataan display tersebut dilakukan dengan cukup unik seperti keberadaan lima pilar dimana masing-masing pilar menerangkan satu Rukun Islam. Sedangkan display mengenai 25 Rasul menerangkan urutan kelahiran para nabi tersebut dilengkapi nama-nama lain mereka.

Display-display lain menerangkan mengenai keberadaan Yesus di dalam Islam, 6 Rukun Iman, makanan halal, syariah atau hukum Islam, dan Jihad. Terdapat juga display mengenai tata-cara berhaji, menikah dalam Islam, kedudukan perempuan dalam Islam, serta sejarah Islam di Australia.

Salah satu hal yang baru saya ketahui adalah setelah melihat sebuah display mengenai asal-muasal permainan catur. Ternyata permainan itu berasal dari Persia dengan nama 'Shatranj'. Hal itu menjawab mengapa sejumlah peraturan dalam catur menggunakan bahasa Persia seperti 'checkmate' yang berasal dari kata 'shah maat' (raja mati).

Di bagian belakang museum, terdapat kantin yang menyajikan berbagai hidangan khas Timur Tengah bernama 'Modern Middle Eastern'. Sherene memberitahu saya bahwa pemilik dari kantin tersebut adalah Samire El Khafir, wanita yang menjadi finalis pada acara reality show populer di televisi, MasterChef Australia, tahun lalu.

Museum tersebut juga menyediakan toilet yang mudah dipakai oleh orang-orang Timur baik untuk membuang hajat maupun berwudhu. Selain itu, mushala museum juga serasa menentaramkan orang yang beribadah karena berhadapan dengan sebuah taman dipisahkan dengan pintu kaca tembus pandang.

Jelang berakhirnya tur, saya bertemu Ahmed, seorang pemuda asal Afghanistan yang bekerja sebagai petugas pembersih (cleaning service) di museum tersebut. Ia sedikit bercerita mengenai kebahagiannya hidup di Melbourne, jauh dari suasana mencekam di kampung halamannya di dekat Kabul.

Meskipun penduduk Muslim di Melbourne terdiri dari berbagai asal-usul, namun Muslim Afghanistan adalah komunitas pertama yang menetap di kota itu pada tahun 1860-an silam. Di akhir pembicaraan kami, Ahmed mengucapkan salam hangat kepada saya. "Assalamualaikum, semoga Allah selalu melindungimu."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement