Rabu 23 Apr 2014 06:00 WIB
Kunjungan ke Australia

Mengunjungi Museum Imigrasi di Melbourne

Immigration Museum, Melbourne
Foto: Fernan Rahadi/Republika
Immigration Museum, Melbourne

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi

Agenda pertama saya setelah menginjakkan kaki di Melbourne, Victoria, adalah mengunjungi Museum Imigrasi (Immigration Museum). Museum ini terletak di 400 Flinders Street. Dari hotel tempat kami menginap, Citigate, kami hanya perlu berjalan sejauh dua blok saja untuk sampai ke bangunan bernama Old Customs House itu.

Saat saya dan tiga rekan saya tiba pukul 09.45 pagi, pintu depan museum tersebut masih tertutup rapat. Museum yang pertama kali dibuka pada tahun 1998 itu sehari-hari memang dibuka untuk publik sejak pukul 10 pagi hingga pukul lima sore. Saya lihat sekeliling, bangunan yang berdiri sejak 1876 itu berhadap-hadapan dengan jembatan yang di atasnya terdapat jalur kereta menuju Stasiun Flinders Street di depan hotel kami.

Pukul 10 tepat, pintu museum dibuka. Sejumlah orang asing juga terlihat masuk bersama kami ke dalam museum tersebut. Dari balik pintu, seorang wanita berambut cokelat panjang menyapa kami. "Good morning," katanya ramah. Alex Price, nama wanita itu, kemudian memperkenalkan diri sebagai programs officer Education and Community Programs di museum tersebut.

Alex lalu menawarkan diri berkeliling museum setinggi tiga lantai tersebut. "Museum ini adalah bagian dari Museum Victoria," katanya memulai tur tersebut. Museum Victoria adalah museum yang mengoperasikan tiga museum milik pemerintah di Melbourne. Selain Museum Imigrasi, juga ada Museum Melbourne (Melbourne Museum) dan museum sains, Scienceworks.

Museum yang kami kunjungi pagi itu, lanjut Alex, secara khusus memamerkan segala hal terkait sejarah imigrasi di Australia. Saat kami memasuki ruang Leaving Home di lantai pertama, saya membaca tulisan berbingkai di dinding bahwa para imigran pertama kali datang ke Australia pada abad ke-17, tepatnya tahun 1778. Saat itu para tahanan dari Britania dipindahkan ke negara bagian New South Wales.

Sementara itu sejarah imigran yang mendatangi negara bagian Victoria terjadi pada tahun 1834 saat keluarga Henty menjadi penetap pertama di Port Phillip (belakangan berganti nama menjadi Victoria). Tujuh tahun setelah kedatangan keluarga yang dipimpin Edward Henty itu, tiap pekan di tahun 1841 satu kapal imigran dari Inggris datang ke Port Phillip.

Kami kemudian mengunjungi ruang Immigrant Stories And Timeline untuk melihat kapal beserta isinya yang dipakai para imigran. Beberapa ruangan yang terdapat di dalam kapal tersebut di antaranya adalah tempat tidur susun serta ruang tengah dimana terdapat meja yang dikelilingi sofa lingkar.

Tak disangka, dalam seksi tersebut saya menemukan sejarah mengenai orang-orang Indonesia pertama yang bermigrasi ke Australia. Mereka adalah para buruh dari Makassar yang datang pada tahun 1870. Saat itu, mayoritas dari mereka direkrut untuk bekerja di industri mutiara dan tebu di negara bagian Queensland dan Australia Barat. Akan tetapi setelah munculnya White Australia Policy, dimana pemerintah Australia saat itu melarang para imigran non-kulit putih, kebanyakan orang-orang Indonesia itu kembali ke Tanah Air.

Salah satu cerita sejarah soal imigran asal Indonesia yang masih bertahan di Australia sampai sekarang dapat ditemui di ruang Journeys Of A Lifetime. Ia adalah seorang wanita bernama Zurlia Ismail. Lahir di Malang tahun 1962, Zurlia dan suaminya bermigrasi ke Melbourne pada tahun 1988 setelah mendapatkan beasiswa pendidikan dari pemerintah Australia. Ia kini menjadi penduduk permanen Australia dan bekerja sebagai pemilik toko pakaian Muslim di Brunswick.

Bagi anda yang tertarik mengunjungi Museum Imigrasi di Melbourne, hingga saat ini hingga 9 Juni nanti tengah dilangsungkan pameran busana Muslimah bernama 'Faith Fashion Fusion' di ruang Community Gallery. Terdapat juga pameran Identity: Yours, Mine, Ours yang berlangsung tiap hari serta Viva Mexico Festival pada 4 Mei mendatang. Adapun Autumn School Holiday Program akan berakhir pada 21 April.

Biaya masuk ke museum tersebut untuk dewasa adalah 10 dolar Australia (sekitar Rp 100 ribu). Adapun anak-anak yang ingin berkunjung tidak dipungut biaya. Info lengkap bisa dilihat di www.museumvictoria.com.au.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement