REPUBLIKA.CO.ID, Kota seribu sungai, itulah sebutan yang melekat di Banjarmasin hingga saat ini. Sesuai dengan sebutannya, banyak sekali sungai di sekitar Banjarmasin. Banyak aktivitas sehari-hari berlangsung di sungai. Salah satunya adalah pasar.
Di Banjarmasin setidaknya ada dua pasar terapung yakni Muara Kuin di sungai Barito dan Lok Baintan di sungai Tabuk. Dua pasar ini menjadi salah satu daya tarik wisata Banjarmasin dan sekitarnya. Bagaimanapun aktivitas diatas sungai menjadi sebuah pemandangan menarik.
Para pedagang yang dalam bahasa banjar disebut dukuh, berdagang di atas kapalnya yang disebut jukung. Dari atas jukung ini para dukuh--sering disebut pula dengan aci-aci--karena pedagang umumnya perempuan--, bertransaksi.
Transaksi tak selalu dengan uang tunai, karena ada pedagang yang melakukannya dengan sistem barter. Barter umumnya dilakukan diantara sesama pedagang. Yang dijual aci-aci umumnya kebutuhan sehari-hari, seperti sayuran, buah-buahan atau makanan khas setempat. Jam operasi pasar dari pagi selepas subuh hingga pukul 09.00 pagi.
Bersama dengan puluhan wartawan dari berbagai daerah yang tengah mengikuti program XL Bakunjang Borneo 2014, saya mengunjungi pasar Lok Baintan. Butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai ke pasar tradisional yang unik ini dari Banjarmasin, dengan menumpang klotok menyusuri sungai Martapura.
Ada memang jalan darat menuju tempat ini. Namun perjalanan menggunakan klotok punya sentuhan rasa yang berbeda. Sayang waktu itu hujan. Tak bisa menikmati pemandangan sekitar sungai, karena klotok tertutup korden dari plastik (bekas), agar air tidak masuk.
Klotok yang saya tumpangi tak memiliki kursi. Kami duduk di lantai beralaskan karpet. Maklumlah bukan taksi air--sebutan warga setempat--, yang dirancang khusus untuk wisata. Ia angkutan umum yang biasa digunakan warga setempat. Walau harus lesehan diatas karpet, perjalanan terasa nikmat karena ditemani nasi kuning dan bebek khas Banjar.
Sungai Martapura merupakan salah satu jalur air yang banyak dimanfaatkan warga setempat untuk menopang aktivitas sehari-hari. Di sungai yang lebar ini banyak melintas klotok atau jukung. Di sepanjang sungai, banyak rambu-rambu lalu lintas (air), layaknya rambu lalu lintas di jalan raya.
Di sepanjang sungai banyak berdiri rumah-rumah penduduk, termasuk toko-toko kelontong untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Suasana ini mirip pinggir jalan raya di daratan.
Sampai di pasar Lok Baintan, hujan belum juga reda. Namun ratusan aci-aci tetap bersemangat menjajakan dagangan mereka ditengah guyuran hujan. Ada sejumlah aci-aci yang mendekati klotok kami, menawarkan dagangan mereka: buah-buahan. Seikat rambutan Kalimantan ditawarkan Rp 1.000. Jambu merah biji Rp 25 ribu satu bakul kecil. Sayang saya tak menemukan penjual soto Banjar. Kabarnya ada penjual soto Banjar dan makanan khas lain dari klotoknya.
Sayang, tak ada area publik yang memungkinkan kami bisa menikmati pemandangan unik ini dengan leluasa. di Muara Bungin ada Lanting--perahu besar--, yang disulap menjadi semacam kafe, di Lok Baintan tak ada Lanting sejenis. Lanting atau perahu klotok yang disulap menjadi kafe juga banyak dijumpai di sungai Musi, Palembang. Pengelola Lok Baintan perlu memikirkan fasilitas seperti ini.
Mau tak mau kami harus menikmatinya dari atas klotok. Di tepi sungai juga tidak ada semacam kafe, atau dermaga yang memadai. Andaikata ada, tentu saja akan nikmat duduk-duduk manis di kafe sambil menikmati aktivitas pasar di pagi hari, baik saat hujan maupun cuaca cerah. Atau sekadar menikmati pemandangan dari dermaga.
Namun kami semua cukup gembira kok. Jaringan telekomunikasi telah menjangkau kawasan itu, sinyalnya cukup baik. Bahkan XL telah membangun node B sehingga akses 3G bisa dinikmati. Mau share foto ke jejaring sosial juga semakin mudah. Narsis-narsisan di pasar apung Lok Baintan juga nyaman-nyaman saja.
Suasana di pasar apung Lok Baintan, memang tak berbeda dengan suasana pasar apung lain baik di Indonesia maupun negara jiran. Bila Lok Baintan ingin terus dipertahankan, sebagaimana keinginan bupati setempat, perlu berbagai upaya sejak dini. Diantaranya memberikan dukungan sarana dan prasarana agar wisatawan mau berkunjung dan betah di pasar ini.
Bangkok memiliki pasar apung yang menjadi spot wisata populer saat ini, Damnoen Saduak. Pasar ini dikembangkan oleh Raja Thailand, Raja Rama IV. Sang raja membangun sekitar 200-an kanal--yang disebut khlongs--, untuk mempermudah perdagangan. Maka pasar apung Damnoen Saduak terasa sempit dan berdesak-desakan, beda dengan Lok Baintan yang demikian lebar.
Di kanal-kanal yang sempit inilah aktivitas perdagangan berlangsung hingga sekarang. Bahkan sekarang Damnoen Saduak dikembangkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Thailand. Iapun populer di manca negara. Tak mengherankan jika pasar ini banyak menarik perhatian wisatawan yang tengah berkunjung ke Thailand.
Untuk menuju pasar terapung Damnoen Saduak bisa ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 1,5 jam dari Bangkok. Wisatawan bisa menikmati suasana pasar dengan menumpang kapal wisata yang memiliki tempat duduk seperti di bus. Mereka bisa berbelanja disitu. Tak hanya buah-buahan, namun juga aneka makanan khas yang ada di Thailand, termasuk sarapan pagi.
Menariknya lagi, pasar terapung Damnoen Saduak 'tak dijual lepas'. Ia terintegrasi dengan spot wisata lain. Setelah menikmati Damnoen Saduak, misalnya, wisatawan ditawarkan untuk mengunjungi Budish Temple atau Sugar Palm Plantation yang ada di tepi kanal tak jauh dari pasar. Ini tentu saja makin menarik.
Andaikata Lok Baintan bisa dikembangkan seperti Damnoen Saduak, tentu saja akan menjadikan Lok Baintan bukan sekadar pasar terapung tradisional. Namun menjadi salah satu spot wisata yang wajib dikunjungi wisatawan saat berkunjung ke Banjarmasin.
Tak perlu setara dengan Damnoen Saduak. Setelah ada kemudahan akses ke pasar ini, dengan tarif terjangkau tentu saja, perlu dikembangkan fasilitas seperti kafe terapung atau pembangunan dermaga yang memadai. Wisatawan yang berkunjung ke pasar ini, ingin tahu lebih dekat, ingin bertransaksi atau sekadar menikmati suasana pasar dari jauh.
Agar wisatawan tertarik mengunjungi Lok Baintan, perlu ada perjalanan terjadwal ke pasar ini. Banyak wisatawan yang belum tahu bagaimana menuju Lok Baintan dan kapan waktu tepat menuju ke tempat itu. Termasuk tarifnya.
Agar menjadi program city tour yang lengkap, kunjungan ke pasar Lok Baintan juga perlu diintegrasikan dengan program lain. Misalnya mancing bersama, menikmati makanan khas Banjar di tepi sungai, atau program lain.
Banyak cara menjual Lok Baintan lebih menarik lagi.