REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Terancamnya Danau Aral tidak menghalangi wisatawan untuk datang mengunjungi. Jumlahnya bahkan meningkat pesat tiap tahunnya.
"Aku mau berenang," ungkap Pelle Bendz, warga Swedia seperti dilansir eurasia.net, Rabu (16/5).
Antusisme wisatawan ini menjadi ironi ditengah ancaman penyusutan danau yang diapit Kazakstan dan Uzbekistan tersebut. Luas danau berkurang drastis sejak tahun 1960. Itu akibat proyek irigrasi yang dicanangkan Uni Soviet.
Proyek ini tak hanya menghilangkan debit air tetapi juga merusak kealamian air akibat pestisida dan bahan kimia. Celakanya, para agen perjalanan justru menjadikan Danau Aral menjadi paket wisata unggulan.
"Agen perjalanan berkata kepada saya bahwa berenang merupakan paket dari kunjungan ke danau Aral," ucap Bendz.
Di Nukus, ibukota provinsi Karakalpakstan Barat, ratusan pelancong datang setiap tahunnya. Kebanyakan masih wisatawan lokal, sisanya wisatawan asing. "Tahun lalu saja, hampir 300 wisatawa asing mengunjungi danau Aral dan berkemah di pinggir garis pantai," ungkap Tazabay Uteuliev, pemilik agen perjalanan.
Tazabay mengungkap peningkatan wisatawan ini juga efek dari penyusutan danau Aral. Para wisatawan ingin melihat danau tersebut sebelum akhirnya benar-benar hilang. Selain melihat, mereka juga menghadiri seminar terkait bencana yang menimpa aral.
"Dalam presentasinya, para wisatawan digambarkan bagaimana proses kerusakan Aral terjadi," kata dia.
Mimpi Buruk
Kerusakan yang diwariskan Uni Soviet barulah awal. Selanjutnya, negara-negara pecahan Uni Soviet melanjutkan kerusakan itu. Uzbekistan misalnya, yang memiliki garis pantai yang cukup besar di Danau Aral, memiliki ambisi memproduksi 3 juta ton kapas per tahun.
Untuk misi itu, mereka membutuhkan air guna mempercepat proses panen. Begitu pula dengan konsumsi pestisida dan bahan kimia lain. Hasilnya, wajah Aral kian rusak. Itu baru Uzbekistan, belum lagi sumbangsih perusahan energi asal Cina, Rusia dan negara lain. Selesai sudah.
Memang, masih ada wilayah Aral yang masih diselamatkan. Posisinya berada di Utara Kazakstan. Di sana, Bank Dunia membuat tanggul yang menghilangkan beban Aral untuk memasok air.