Ahad 16 Mar 2014 14:04 WIB

'The Blackside', Skandal Cinta Jurnalis TV dengan Seorang Menteri

(ki-ka): Rieke Caroline (News Anchor Metro TV), Khofifah Indar Parawansa (Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Wenny Artha Liguna (Penulis Novel The Blackside) dan Jeremy Teti (Jurnalis dan mantan presenter TV), dalam pelunc
Foto: ist
(ki-ka): Rieke Caroline (News Anchor Metro TV), Khofifah Indar Parawansa (Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Wenny Artha Liguna (Penulis Novel The Blackside) dan Jeremy Teti (Jurnalis dan mantan presenter TV), dalam pelunc

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Farah adalah seorang jurnalis televisi. Wajahnya cantik, memiliki wawasan luas dan kemampuan jurnalistik yang mumpuni, membuat Farah selalu menghiasi layar kaca membawakan berita. Dengan kelebihan yang dimilikinya itu juga, Farah dengan mudah menjalin hubungan baik dengan narasumber. 

Namun Farah hanyalah seorang manusia biasa. Hubungan dengan seorang narasumber yang awalnya ia jalani dengan profesional, akhirnya berubah tatkala urusan hati telah bicara. 

Meski ia selalu berusaha menjauhkan perasaanya, Farah tetap tidak bisa menolak gejolak hati. Ia tidak kuasa menahan dorongan hati terhadap seorang narasumber, yang tidak lain adalah seorang menteri. Masalahnya, sang menteri telah memiliki istri dan anak.

Berada di dunia politik yang kejam, dimana uang dan kekuasaan menjadi berhala nomor satu, membuat keadaan itu dimanfaatkan para lawan politik sang menteri untuk menjatuhkannya. 

Farah yang terlihat sempurna secara fisik serta memiliki karier cemerlang, harus terjerat dengan kisah cinta yang rumit. Kisah cintanya tersebut kemudian dipenuhi oleh konspirasi serta skandal.

Itulah potongan cerita dalam novel karya penulis muda Wenny Artha Lugina berjudul "The Blackside". Novel itu merupakan hasil imanjinasi serta ketakutan sang penulis terhadap realitas politik di Indonesia. 

"Tak terhitung lagi berapa jumlah pejabat yang tertangkap akibat terjerat korupsi. Dan, tak sedikit di antara mereka para wakil raykat yang terhormat, menjadi bulan-bulanan kekuasaan, seks, dan uang," ujar Wenny dalam peluncuran novelnya tersebut, Sabtu (14/3), kemarin. 

Wenny menjelaskan, novel ini ia kerjakan dalam waktu yang cukup lama. Setidaknya ia butuh waktu delapan tahun untuk menyelesaikan novel pertamanya ini. 

"Buku ini pure fiksi, kalau ada kesamaan tempat dan kejadian hanya kebetulan. Kalau ada yang merasa, saya minta maaf," kata Wenny. 

Terkait pemilihan karakter news anchor dalam novel, gadis kelahiran 8 Mei 1989 ini mengatakan hal itu memang merupakan salah satu cita-citanya. 

"Saya pilih karakter news anchor karena itu sosok yang sempurna dan impian saya dulu," ungkap wanita yang tengah menyelesaikan pendidikanya di Peking University. 

"Walaupun karakter itu menurut saya sempurna, tapi di tengah kesempurnaan pasti ada celah," jelas Wenny. 

Sementara mantan menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, novel ini sangat baik dan dapat dijadikan nasehat, agar bisa jadi refleksi diri dalam perbaikan kemanusiaan. 

"Novel ini ditulis oleh penulis muda yang penuh kesantunan, yang ingin mengajarkan kehidupan dengan filosofi budaya yang sangat luhur. Tidak ditemukan sex relation dalam novel ini. Ada kesantunan yang luar biasa, ada sisi kemanusiaan yang luar biasa. Pada tataran kehidupan keagamaan juga tidak ada sisi syariah yang dilanggar. Ini yang saya bilang nasehat," ujar Khofifah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement