Selasa 11 Mar 2014 12:35 WIB

Tren Bedah Plastik di Indonesia Tak Diimbangi dengan Keberadaan Dokter

Bedah plastik (ilustrasi).
Foto: medicalretreatabroad.com
Bedah plastik (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren bedah plastik di Indonesia, khususnya bedah plastik estetik, terus berkembang. Sejauh ini, konsumen terbanyak berasal dari kalangan wanita.

"Hampir 80 persen adalah perempuan," ujar dr. Hendri Andreas Sp.BP, dokter ahli bedak plastik estetik, saat ditemui dalam satu acara beberapa waktu lalu di Jakarta.

Rata-rata, sebut Hendri, para pelanggan ingin memperindah delapan bagian tubuh. Yakni payudara, perut dan bokong. Selain itu adalah paha-betis, mata, hidung serta dagu.

Namun sayangnya, tingginya minat masyarakat terhadap operasi plastik estetik tidak diimbangi dengan keberadaan dokter spesialis bedah plastik.

Hendri menyebut, sekarang ini di Indonesia ada sekitar 100 dokter spesialis bedah plastik. Dari jumlah tersebut, 50 diantaranya berada di Jakarta.

Tapi dari 50 dokter tersebut, paling hanya ada sekitar 20 dokter yang mendalami spesialisasi bedah plastik estetik. "Jumlah inti tentunya masih sangat kurang," kata dokter yang membuka praktik di kawasan Kelapa Gading ini.

Sejauh ini, Hendri menyebut, lulusan dokter bedah plastik masih sangat sedikit. Perguruan tinggi di Indonesia yang menjalankan spesialisasi pendidikan ini baru ada di Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Airlangga (Unair).

"Dari lulusan yang terbatas jumlahnya tersebut, ternyata tidak semuanya menjadi dokter spesialis estetik," kata dokter yang juga menjadi anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (PERAPI)

Hendri melihat, minat orang Indonesia untuk melakukan make over penampilan ini sebenarnya sangat tinggi. Namun sebagian besar dari mereka, kata dia, lebih banyak memilih melakukannya di luar negeri seperti Korea.

"Padahal secara kemampuan, dokter-dokter bedah plastik estetik di Indonesia juga sudah sangat baik," kata dia.

Hendri sendiri menampik jika keahlianya dinilai telah menyalahi anugerah dari Sang Pencipta kepada manusia. Ia menegaskan, profesinya ini tidak ada mengubah bentuk seperti halnya seorang pria menjadi perempuan atau hidung menjadi rambut.

''Saya tidak berani melakukan itu. Yang saya lakukan adalah merubah yang sudah ada menjadi terlihat lebih menarik. Profesi ini menjadi semacam seni yang menarik,'' demikian Hendri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement