REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Citra rasa kuliner Indonesia yang khas menggoda lidah masyarakat dan komunitas internasional yang mengunjungi "Windhoek International Bazaar 2014".
Konselor KBRI Windhoek di Namibia Pramudya Sulaksono, Selasa (11/3) mengatakan kuliner Indonesia perlu diperkenalkan di Afrika, khususnya Namibia, mengingat makanan Indonesia kaya akan rasa dan rempah-rempah yang berbeda dengan kuliner negara lainnya.
Dikatakannya kuliner Indonesia mendapat pengaruh dari bangsa Eropa, khususnya Belanda. Penduduk Namibia keturunan Jerman dan Belanda (Boer) sebetulnya juga mengenal beberapa sajian dari Belanda seperti rissole atau risoles.
Meski sudah dikenal secara turun-temurun, risoles Indonesia mempunyai citra rasa berbeda. Selain risoles, beberapa kuliner Indonesia lain seperti mi goreng, lumpia sayur dan ayam, bakwan sayur dan jagung, kue lumpur, ketan srikaya, disajikan Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Windhoek dalam bazar tersebut.
KBRI Windhoek tidak hanya memperkenalkan kuliner khas Indonesia, tetapi juga tari tradisional "Candik Ayu" dari Jawa yang mengisahkan anak kecil yang sedang bermain sebelum matahari terbenam (candikala). Tari itu dibawakan Aura Syifa Nareswari (6), puteri pegawai KBRI Miranto Suwandi.
Tarian tradisional Indonesia melengkapi penampilan budaya dari Zulu, Mozambik, Nigeria, Jepang, Meksiko, Portugis, Belanda, Swiss, Italia dan Thailand. Selain Indonesia, bazar diikuti negara lainnya di antaranya Kuba, Brazil, Venezuela, Portugal, Spanyol, Aljazair, Turki, India dan Mesir.
Ketua panitia penyelenggara Amit Babluki menyampaikan apresiasinya terhadap keikutsertaan KBRI dan menyatakan makanan yang disajikan DWP KBRI merupakan yang terbaik dalam acara tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan beberapa pengunjung lainnya yang tampak antusias membeli dan menikmati makanan khas Indonesia hingga makanan habis sebelum waktu yang ditetapkan.