Senin 24 Feb 2014 09:57 WIB

Yang Wajib Dicicipi Ketika Bertandang Ke Solo

Rep: Wulan Tunjung Palupi/ Red: Indira Rezkisari
Nasi liwet
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Nasi liwet

REPUBLIKA.CO.ID, Menikmati kuliner lokal merupakan kewajiban setiap pelancong. Maka, kunjungan ke Solo tak akan lengkap sebelum lidah mengecap sejumlah makanan khas kota ini. Bila gudeg menjadi ikon Yogyakarta, nasi liwet adalah kuliner yang paling populer di Solo.

Nasi liwet umumnya disantap sebagai sarapan. Tetapi, tak ada salahnya mencoba nasi liwet pada malam hari. Nasi Liwet Wongso Lemu terletak di Jalan Teuku Umar, tak jauh dari Pura Mangkunegaran.

Memasuki Jalan Teuku Umar, akan ditemukan beberapa warung dengan nama Wongso Lemu. Warung yang paling banyak dikunjungi orang terletak di bagian ujung jalan. Sekelompok pengamen dengan sinden dan siternya biasanya mangkal tak jauh dari situ. Jika melihat pengunjung masuk, mereka biasanya langsung menyiapkan atraksinya.

Asyik juga malam-malam makan nasi liwet diiringi sekelompok pesinden. Meski makan lesehan, rasanya seperti disuguhi tontonan dengan hiburan untuk pribadi.

Nasi liwet tersaji dalam pincuk daun pisang. Porsinya pun tak terlalu besar. Sebagai pelengkap disajikan sayur labu siam dengan sedikit kuah, ayam suwir, telur ayam pindang, serta areh atau santan kental yang berbentuk seperti krim. Tak lupa cabai rawit merah dan kerupuk karak yang terbuat dari beras sebagai pendamping. Jika mau, irisan tahu yang dimasak kuning atau jeroan ayam bisa di tambahkan sebagai lauk.

Rasa gurih adalah rasa dominan dari menu ini. Biasanya mereka tak menyediakan sambal dan menyandingkan cabai rawit buat penyuka pedas. Meski tutup hingga jam 12 malam, kadang warung ini tutup satu atau dua jam sebelumnya jika persediaan nasi sudah habis.

Selain nasi liwet Solo terkenal pula dengan selat solo. Ini merupakan menu yang wajib dicicipi pula karena dijamin tidak akan ditemukan di daerah lain.

Makanan yang satu ini terpengaruh oleh kuliner Belanda. Daging dihaluskan menjadi rolade kemudian disajikan dengan wortel, kentang, selada, telur, dan sedikit mustar. Silakan memilih, kuah yang gurih atau manis. Kentang goreng atau rebus.

Selat Mbak Lies adalah salah satu warung selat paling terkenal di Solo. Yang bikin kangen, sajian selat di sini memiliki cita rasa kuah yang ringan dengan rasa manis gurih yang pas.

Tanpa terasa satu piring pun tandas tak bersisa. Selat bukanlah penganan berat karena biasanya disajikan dalam porsi yang tidak terlalu besar. Harganya pun bersahabat. Beberapa menu di sini dijual dengan harga di bawah Rp 10 ribu. Harga selat pun tak jauh dari Rp 10 ribu per porsi.

Terletak di Serengan Gang II/42, Solo, warung selat ini paling ramai saat jam makan siang. Letaknya yang berada di dalam gang juga tidak menyulitkan bagi yang membawa kendaraan. Si empunya restoran telah menyewa pekarangan tetangga untuk dijadikan tempat parkir. Demi menjaga rasa yang otentik, mereka tidak membuka cabang warung ini di mana pun.

Ragam kuliner Solo berlanjut. Saatnya menjajal tengkleng. Salah satu yang paling terkenal adalah tengkleng Mbak Diah.

Tempat makan ini terletak di bundaran menuju ke Sukoharjo dan Solo Baru dari arah Jalan Yos Sudarso, Solo. Warung tengkleng ini sudah lama dikenal. Tengkleng adalah semacam gulai kambing, tapi kuahnya tidak memakai santan. Tengkleng berisi tulang kambing dengan sedikit daging yang menempel. Di dalamnya tedapat pula satai usus, satai jeroan, dan otak.

Dulunya tengkleng adalah makanan rakyat jelata yang tak mampu menikmati olahan daging kambing, seperti satai atau gulai. Menggerogoti tulang-tulang tengkleng ini mungkin terasa tidak anggun buat sebagian orang. Tapi, disitulah seninya menikmati tengkleng. Senang rasanya menemukan daging kambing yang empuk dan gurih di antara tulang belulang yang disajikan.

Keluarga mantan Presiden Suharto merupakan salah satu pelanggan Tengkleng Mbak Diah. Warung ini juga memiliki menu satai kambing. Satai yang dibuat dengan daging kambing yang segar terasa manis dan empuk.

Selain Tengkleng Mbak Diah, salah satu tengkleng yang tersohor adalah penjual tengkleng di Pasar Klewer, tepatnya di bawah gapura alun-alun. Tengkleng Pasar Klewer ini sudah ada sejak 1971 dan setiap harinya tidak pernah sepi pengunjung. Dibuka mulai jam 14.30 dan dalam waktu dua-tiga jam akan habis diserbu pembeli.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement