REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN -- Ekowisata pusat rehabilitasi Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah makin diserbu turis asing, terutama asal Amerika, Eropa dan Jepang, kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pangestu.
"Jumlah kunjungan wisatawan di Tanjung Puting tahun 2013 sekitar 13.000 orang, terdiri dari 8.500 turis asing, dan 4.500 turis domestik. Jadi turis asing lebih banyak datang ke ekowisata pusat rehabilitas orang utan," kata Mari, yang didampingi Bupati Kotawaringin Barat DR Ujang Iskandar dan Prof Birute Galdakis, di Pangkalan Bun, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah, Minggu.
Menkeparekraf Mari Pangestu mengunjungi ekowisata di pusat rehabilitasi orangutan merupakan upaya pengembangan 16 lokasi wisata strategis. Kemenparekraf telah banyak memberikan bantuan untuk pengembangan ekowisata di Tanjung Puting di antaranya pembangunan gedung pusat informasi wisata, pembangunan dermaga untuk kapal klotok, pembangunan dua kapal klotok, pembangunan beberapa homestay, dan toilet.
"Jumlah kunjungan turis meningkat lebih dari 100 persen jika dibandingkan tahun 2010 dimana jumlah turis yang datang hanya sekitar 5.820 orang saja. Dalam waktu tiga tahun sudah meningkat menjadi 13.000 orang lebih," kata Mari.
Dalam kunjungan tersebut, Menteri Mari minta kepada Bupati Ujang Iskandar agar terus meningkatkan tujuan wisata lain dan mengembangkan produk dan kualitas barang-barang suvenir dan kuliner di Tanjung Puting agar lebih banyak turis yang datang dan mereka tinggal lebih lama lagi serta menghabiskan uang lebih besar di sana. Saat kunjungan Menparekraf ke pusat informasi wisata di pelabuhan Kumai.
"Daya dukung ekowisata di Tanjung Puting masih memadai tapi untuk periode Juli - September merupakan waktu terpadat dimana kamar hotel penuh dan penyewaan klotok juga sering penuh," katanya.
Bagi turis, kunjungan ke ekowisata Tanjung Puting selain melihat dan memberikan makan Orang Utan juga dapat melakukan trecking ke dalam hutan, melihat satwa lainnya seperti babi hutan, jenis monyet Bekantan, Owa-owa dan Ungka, beruang madu serta 200 jenis burung satwa liar lainnya.
Selain itu, di sana ada hotel di tengah hutan yakni Rimba Orangutan Lodge dan para turis bisa menikmati panorama hutan rimba dengan kapal klotok sambil menyusuri sungai Sekonyer. Para turis dapat makan, minum teh dan kopi serta pisang goreng di kapal Klotok itu. Bahkan tidur malam di kapal klotok di pinggir sungai Sekonyer.
"Selain Tanjung Puting merupakan pusat rehabilitasi dan riset Orangutan, kami kembangkan ekowisata di sini agar masyarakat ikut terlibat dan mendapat banyak keuntungan dan pendapatan sehingga mereka merasa perlu ikut menjaga dan melestarikan hutan lindung dan taman nasional sebagai habitat yang nyaman bagi Orangutan," kata Prof Birute Galdikas, peneliti Orangutan asal Kanada yang kini sudah menjadi WNI.
Tanjung Puting merupakan taman nasional yang memiliki jumlah Orangutan terbesar di dunia sekitar 6.000 lebih Orangutan hidup disana. Selain itu, di seluruh Sumatera hidup sekitar 7.000 Orangutan.
Hanya dua negara yang memiliki Orangutan yakni Indonesia dan Malaysia. Jadi Orangutan memang termasuk asset dan kekayaan bangsa Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan kehidupan dan habitatnya.