Ahad 16 Feb 2014 04:56 WIB

Benang Merah Kuliner Indonesia-India

Rep: Nora Azizah/ Red: Indira Rezkisari
Koneksi kuliner terjadi melalui sejarah perdagangan antarnegara.
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Koneksi kuliner terjadi melalui sejarah perdagangan antarnegara.

REPUBLIKA.CO.ID, Hubungan darah tidak terjadi hanya pada makhluk hidup. Dalam dunia kuliner, dikenal pula jalinan persaudaraan melalui cita rasa. Seperti koneksi kuliner Indonesia dan India. Pakar kuliner sekaligus koki, William Wongso, berkata, sejarah kuliner setiap bangsa memang sangat panjang. “Namun, memang tidak tercatat,” ujar William.

Indonesia dan India termasuk dua negara yang memiliki sejarah kuliner yang saling memengaruhi. Tidak tercatat pasti siapa yang lebih dulu memengaruhi rasa masakan. Koneksi kuliner tetapi terjadi melalui sejarah perdagangan antarnegara sejak ratusan, bahkan ribuan, tahun lalu.

Bicara mengenai kesamaan, cita rasa masakan Indonesia dari daerah Sumatra sangat erat dari menu India. Sumatra dahulu dikenal sebagai gerbang perdagangan, tidak mengherankan bila ada persamaan bumbu dan rempah.

William memberi contoh satai padang khas Sumatra Barat. Salah satu bumbu yang digunakan dalam kuahnya yakni asam kandis. Rempah ini sebenarnya berasal dari India yang tumbuh di daerah padang pasir Razakhstan. Saudagar India kemudian membawanya melalui Sumatra saat berdagang. Sejak itu, asam kandis menjadi bumbu yang populer dalam masakan Sumatra, khususnya Sumatra Barat.

Dalam sebuah demo masak, antara William Wongso dan koki asal India Nina Taneja, terungkaplah persamaan tersebut. Masing-masing koki memasak lima jenis masakan. Salah satunya hidangan berbahan utama nasi. Di India, nasi merupakan makanan pokok. Sama dengan kebanyakan orang Indonesia. William mempresentasikan nasi kebuli betawi, sementara Nina memasak nasi yakhni pulao.

Kedua masakan berbahan dasar nasi ini menggunakan daging kambing sebagai lauknya. Daging kambing pada nasi kebuli dimasak terpisah sedangkan versi India dimasak bersama nasi. Rasa kedua masakan hampir sama, gurih dan berlemak. Rasa pedas pun terdapat di kedua masakan.

Hidangan lainnya yakni masakan tradisional dari masing-masing negara. Nina mempersembahkan pencuci mulut berupa yogurt terbuat dari campuran safron dan kacang pistasio. Rasa manis yogurt yang bercampur asam melekat terasa segar. Meski, ada sedikit bau menyengat dari safron.

Lain dengan William yang mencoba menyajikan ampiang dadiah, pencuci mulut asal Padang. Hidangan ini terbuat dari fermentasi susu kerbau yang lalu dicampur dengan kue berbahan dasar melinjo. Dari kedua masakan pencuci mulut, kesamaan ditemukan yaitu berupa penggunaan susu yang difermentasi sebagai hidangan pencuci mulut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement