REPUBLIKA.CO.ID, AROSUKA -- Pemerintahan Nagari (desa adat) Batang Barus, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, memprioritaskan pembuatan maket pengembangan pembangunan Masjid Tuo Kayu Jaho sebagai ikon wisata religi di nagari tersebut.
Wali Nagari Batang Barus Syamsu Azwar di Arosuka, Rabu, mengatakan pembangunan tersebut mengingat Masjid Tuo Kayu Jaho merupakan objek wisata religi yang usainya mencapai tiga abad, dan telah tercatat sebagi situs cagar budaya.
"Pengembangan pembangunan masjid tuo (tua) ini memerlukan perhatian khusus, dan sudah kami bahas dalam musyawarah rencana pembangunan (musrembang)," katanya.
Ia mengatakan, dengan mengembangkan lokasi cagar budaya tersebut tentunya akan menambah tempat pariwisata di Kabupaten Solok.
Selain mengembangkan lokasi wisata tersebut, pihaknya juga akan memacu pembangunan infrastruktur nagari dengan melakukan pembukaan jalan baru untuk beberapa jorong (setingkat RW).
"Pembukaan jalan baru tersebut untuk mempermudah transportasi masyarakat, dan juga untuk mempercepat perkembangan ekonomi," katanya.
Sementara di bidang kesehatan, Nagari Batang Barus meluncurkan program pembangunan seribu jamban. Program ini dirancang melihat hasil pendataan bahwa masyarakat setempat masih jauh dari standar hidup sehat.
"Pembangunan jamban tersebut akan memanfaatkan sungai yang membentang di nagari ini, agar tercipta lingkungan dan masyarakat yang sehat," katanya.
Ia mengatakan, banyak sektor pembangunan yang diusulkan masyarakat, hanya saja permasalahanya adalah keterbatasan biaya. Permasalahan itu menjadi tantangan bagi pemerintah nagari untuk mencarikan biayanya ke Pemeritah Kabupaten Solok, Pemerintah Provinsi Sumbar, bahkan kalau perlu sampai ke pemerintah pusat.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Solok M. Alfajri menanggapi baik rencana Pemerintahan Nagari Batang Barus tersebut untuk mengembangkan wisata religi.
Ia mengatakan, semua nagari seharusnya mengembangkan ikon-ikon wisatanya, sehingga wisata daerah bumi markisah makin maju ke depannya.
Dengan demikian, Disbudpar tinggal mempromosikannya ke luar daerah, bukan lagi mengembangkan lokasi wisata yang ada di masing-masing nagari.
"Dengan adanya rencana Pemerintah Nagari Batang Baru tersebut, kami telah terbantu mengembangkan pariwisata, sebab untuk mengembagkan pariwisata bukan tanggung jawab Disbudpar semata," katanya.