Selasa 28 Jan 2014 09:13 WIB

Hasil Kerajinan Bambu Paling Diminati Wisatawan di Bali

Kerajinan Bambu
Foto: Antara
Kerajinan Bambu

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bali berhasil meraup devisa sebesar 7,42 juta dolar AS dari ekspor hasil industri kecil skala rumah tangga berbahan baku bambu selama 10 bulan, periode Januari-Oktober 2013.

"Perolehan devisa tersebut merosot 35,26 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 11,47 juta dolar AS," kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Selasa.

Namun, katanya, dari segi volume pengiriman mata dagangan yang bernilai ekonomis itu, meningkat 30,24 persen dari 4,74 juta unit periode Januari-Oktober 2012 menjadi 6,17 juta unit periode yang sama tahun 2013.

Kondisi itu, katanya, menunjukkan aneka jenis cendera mata hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali dari bahan baku bambu tersebut, semakin murah untuk per satuan unit di pasaran luar negeri.

Ketut Teneng menjelaskan bahwa hasil kerajinan berbahan baku bambu merupakan satu di antara 17 jenis hasil industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang berhasil dipasarkan ke mancanegara. Kerajinan bambu hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 1,86 persen dari total ekspor Bali sebesar 398,75 juta dolar AS.

Ketut Teneng mengatakan bahwa hasil kerajinan bambu yang dikombinasikan dengan rotan dibuat dalam berbagai jenis rancang bangun, antara lain berupa tempat koran, bakul, topi berbentuk kerucut, dompet, dan aneka jenis cendera mata yang unik dan menarik lainnya.

Matadagangan tersebut, katanya, selain menembus pasaran ekspor juga dipajang para pedagang di sejumlah objek wisata yang banyak dibeli wisatawan dalam dan luar negeri saat berliburan ke Pulau Dewata.

Ekspor hasil kerajinan dari bambu itu, katanya, paling banyak tujuan Singapura, yakni 23,69 persen, menyusul Hong Kong 18,74 persen, Australia 12,64 persen, dan Jerman 3,34 persen.

Selain itu, Amerika Serikat 14,14 persen, Inggris 1,07 persen, Prancis 1,02 persen, Jerman 3,34 persen dan sisanya 24,08 persen ke sejumlah negara lainnya, ujar Ketut Teneng.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement